Turun Gunung untuk Membersihkan Masjid

Senin, Maret 25, 2024

 

   Foto-foto: ABDI PURMONO
Pandemi Covid-19 memaksa para pegiat Gimbal Alas Indonesia meninggalkan hutan dan gunung sampai akhirnya memilih jalan religius dengan membersihkan puluhan musala dan seratusan masjid secara rutin dan gratis.
SEORANG pria sibuk membersihkan karpet masjid dengan mesin penyedot debu. Seorang temannya kemudian menyemproti hamparan karpet dengan cairan pewangi setelah penyedotan selesai. 

Penyedotan debu dan penyemprotan pewangi dilakukan seusai rekan-rekan lainnya mengepel lantai, membersihkan mihrab (tempat imam memimpin salat berjemaah), dinding, pintu, jendela, lampu-lampu, kipas angin, serta langit-langit ruangan dan plafon kubah masjid. 

Sedangkan di bagian teras ada pria dan wanita yang sibuk membersihkan tempat wudu dan kamar mandi dengan cara menyemprotkan cairan pembersih dan lantai, mengelap lemari kaca, membersihkan al-Quran dan buku-buku agama, serta mencabut rumput dan menyapu halaman. 

Total, ada 40 orang yang terlibat dalam pembersihan Masjid Jamik Baitul Muttaqien di Dusun Kemuning, Desa Kranggan, Kecamatan Ngajum, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur, tersebut. Mayoritas dari mereka merupakan anggota Yayasan Gimbal Alas Indonesia plus anggota Malang Coret, komunitas motor trail dan jip. 

Baca juga: Jelang Ramadan di Masjid Taj Mahal Malang

“Ditambah dengan kegiatan yang sekarang, ada seratusan masjid dan puluhan musala yang kami bersihkan sejak gerakan ini kami mulai,” kata Koordinator Gerakan Resik-Resik Masjid (GRRM) Malang Endi Mahmudi alias Endik Dhasim kepada saya, Ahad siang, 24 Maret 2024 Masehi, bertepatan dengan 14 Ramadan 1445 Hijriah. 

Mereka membersihkannya sehabis melaksanakan salat zuhur berjemaah. Pembersihan Masjid Jamik Baitul Muttaqien dilakukan setelah lebih dulu membersihkan Masjid Nurul Huda di Jalan Kranggan, Desa Kranggan, kecamatan yang sama. Kedua masjid terpaut jarak sekitar 800 meter. 

Endi mengatakan Gimbal Alas berdiri sebagai komunitas pecinta alam pada 18 Agustus 1990. Berselang 30 tahun, badan hukum Gimbal Alas berubah jadi yayasan sejak 16 Oktober 2020.

Baca juga: Menengok Masjid Terapung di Teluk Palu

Sedangkan gerakan bersih-bersih musala dan masjid pertama kali dilakukan pada Rabu, 6 November 2019. Saat itu, masyarakat dunia sedang dicemaskan akan datangya wabah flu baru berskala gigantik dan mematikan. 

Namun, Gimbal Alas masih bebas masuk-keluar hutan dan naik-turun gunung. Ya, memang inilah jati diri asli Gimbal Alas sejak awal berdiri walau kemudian bentuk kegiatan mereka lebih beragam atau variatif semenjak berbentuk yayasan.

Kecemasan masyarakat dunia terbukti. Pada 11 Maret 2020, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan pandemi dan penyebaran corona virus disease 2019 alias Covid-19 sebagai pandemi global. Dunia terguncang, Indonesia pun limbung. 

Keputusan WHO ditindaklanjuti Pemerintah Indonesia dengan memaklumatkan Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 2020 tentang Penetapan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Corona Virus Disease 2019 (Covid-19), serta Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Nonalam Penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19) sebagai Bencana Nasional. Kedua beleid itu masing-masing ditandatangani Presiden Joko Widodo pada 31 Maret 2020 dan 13 April 2020.

Pandemi Covid-19 berdampak terhadap pelbagai aspek kehidupan manusia, terutama pada aspek kesehatan, ekonomi, dan sosial di Indonesia. Hampir seluruh kegiatan di alam bebas di Indonesia terpaksa distop. 

Gimbal Alas turut terdampak. Omah Gasek, kantor mereka yang beralamat di Jalan Candi VI, Gang Pesantren II Nomor 10, Karangbesuki, Kecamatan Sukun, Kota Malang, nyaris sepi. Begitu pula dengan rumah induk atau home base Gimbal Alas di lereng Gunung Semeru, tepatnya di Desa Ranupani, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang. 

Mereka tak bisa lagi leluasa masuk hutan dan mendaki. Alhasil, mereka untuk sementara waktu meninggalkan hutan dan gunung demi menggiatkan bakti sosial yang bersifat religius di wilayah Malang Raya (Kabupaten Malang, Kota Malang, dan Kota Batu) secara lebih rutin dan ajek. 


Mereka membuat brosur, poster, mencetak kartu nama, stiker, serta aktif menggunakan akun Instagram dan Facebook untuk menyebarluaskan informasi tentang GRRM. Strategi ini membuat mereka cepat dikenal masyarakat, terutama dikenali para takmir masjid. Mayoritas takmir masjid memang kekurangan orang dan biaya untuk membersihkan masjidnya. 

Awalnya GRRM fokus merenovasi dan melakukan bedah rumah kaum duafa. Namun, gerakan ini berbiaya mahal sehingga mereka menggantinya dengan aksi bersih-bersih musala dulu, baru belakangan membersihkan masjid. 

“Setidaknya,” kata Endi, “dengan begitu kami tetap bisa mengamalkan semboyan kami, yaitu sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya, melalui GRRM.” 

Baca juga: Oase Ramadan di Hamamatsu

Pembersihan musala biasanya dilakukan atas permohonan takmir atau marbut masjid maupun pengurus musala yang menghubungi mereka. Bisa juga dilakukan berdasarkan informasi dari anggota dan terkadang mereka blusukan mencari musala atau masjid yang benar-benar layak dibersihkan, bila perlu direnovasi. 

Pengurus Gimbal Alas tidak mewajibkan anggotanya untuk ikut. Keterlibatan anggota berdasarkan kesukarelaan saja, semampu dan sesempatnya. Dari semula hanya belasan orang, kini sukarelawan GRRM berjumlah 73 orang, termasuk beberapa sukarelawan nonmuslim. 

Belakangan, Gimbal Alas membagi tim kerja, yaitu tim kecil beranggotakan 7-8 orang yang bertugas membersihkan musala dan tim besar yang minimal beranggota 20 orang untuk resik-resik masjid.

Baca juga: Nuansa Ramadan di Nagoya dan Toyohashi 

GRRM rutin dilakukan tiap Rabu dan terbanyak dilakukan di wilayah Kota Malang. Pemilihan hari Rabu merujuk pada hari pertama GRRM dimulai pertama kali. Namun, khusus pembersihan dua masjid di Desa Kranggan dilakukan di hari Minggu atas permintaan komunitas Malang Coret yang sedang menggiatkan bakti sosial bertajuk “Trail dan Jip Syariah atau TJS 2024. 


“GRRM memang biasanya dilakukan di hari Rabu. Tapi kami bisa sesuaikan jadwalnya jika ada permintaan dari komunitas seperti Malang Coret maupun pihak lain di luar musala dan masjid,” ujar Endi, mantan pegawai bank swasta.

Sama dengan pembersihan musala, tim Gimbal Alas bergerak membersihkan masjid berdasarkan permintaan marbut dan atau berdasarkan informasi dari anggota. Musala dan masjid yang dibersihkan berdasarkan laporan anggota biasanya berkondisi kotor dan tidak terurus sehingga membuat terenyuh.

Baca juga: Lebaran di Shizuoka 

Sesuai prosedur kerja, Gimbal Alas lebih dulu kirim orang untuk cek lokasi. Dilihat dulu bagian mana saja yang vital untuk dibersihkan. Skala prioritas berlaku. Setelah itu, dijadwalkan pembersihannya. 

Semakin besar sebuah masjid, biasanya makin tinggi kesulitan pembersihan sehingga membutuhkan banyak sukarelawan dan peralatan kerja. 

Sebagai contoh, untuk membersihkan Masjid Nurul Huda dan Masjid Baitul Muttaqien, tim Gimbal Alas membawa satu unit mobil operasional dan satu ambulans. Jumlah sukarelawan terlibat 40 orang, yang berasal dari Malang dan Pasuruan, termasuk sukarelawan dari komunitas Malang Coret. 

Peralatan yang dibawa antara lain gulungan slang, genset berkapasitas 6.000 watt, mesin penghisap debu atau vacuum cleaner seharga Rp 20 juta, dan tangga jenis extension ladders, yaitu jenis tangga yang bisa dipanjangkan atau ditinggikan. 

Genset biasa dibawa jika daya listrik di musala atau masjid sasaran tidak mencukupi kebutuhan listrik untuk menyalakan peralatan kerja yang dibawa Gimbal Alas. 

Tonton juga: Tarawih Pertama di Lokasi Gempa

“Kami bawa peralatan kerja dan barang lain yang dibutuhkan berdasarkan hasil survei. Semua pekerjaan gratis, tidak dipungut biaya sepeser pun,” kata Endi menegaskan.

Awalnya, Gimbal Alas merogoh kocek organisasi untuk beraksi. Uangnya hasil patungan anggota. Rata-rata habis Rp 700 ribu per satu titik sasaran GRRM. Anggaran ini kadang membengkak karena Gimbal Alas terkadang membeli seng baru, mengganti lampu yang mati, atau membelikan al-Quran baru untuk menggantikan al-Quran yang lusuh dan rusak. 

Untungnya, belakangan Gimbal Alas dibantu banyak donatur. Terkadang, ada pemohon bersih-bersih masjid memberikan bantuan dalam bentuk uang maupun makanan dan minuman. Gimbal Alas tidak menolak donasi uang asalkan uangnya dari kocek pribadi takmir masjid dan bukan dari kas masjid. 

“Dulu,” Endi mengenang, “di awal-awal, kami pernah terima (donasi) dari takmir masjid. Tetapi ternyata uangnya dari kas masjid. Kami kecewa karena ditulis di laporan uang kas masjidnya keluar-masuk. Itu kan uang umat. Sejak itu kami putuskan tolak donasi dari kas masjid.”

Bantuan makanan dan minuman juga sering mereka terima meski mereka sendiri sebenarnya bawa bekal makanan dan minuman. Umumnya takmir masjid menyediakan kopi dan teh, serta makanan ringan.

Untungnya, Gimbal Alas pun menerima banyak donasi dari luar anggota. Banyak donatur ogah menyebutkan identitasnya kecuali mengaku sebagai “hamba Allah”. Tidak semua donasi berupa uang. Ada donasi dalam wujud ambulans, mesin penghisap debu, dan genset. 

Tonton juga: Di Kota Palembang Ada al-Qur'an Kayu Ukiran Terbesar di Dunia

Khusus di bulan puasa Ramadan, Gimbal Alas beberapa kali menerima sumbangan sarung, peci, baju gamis, mukena, sajadah, kurma, kue lebaran, dan uang tunjangan hari raya atau THR. Bahkan, kata Endi, ada donatur yang memberangkatkan empat sukarelawan GRRM untuk umrah pada medio November 2023 

Sudah banyak masjid dan musala yang mereka bersihkan. Sepanjang Maret tahun ini, misalnya, mereka membersihkan Masjid Al-Mukhlisin dan Masjid Wali Songo di Jalan S. Supriadi IX, Kelurahan/Kecamatan Sukun, Kota Malang (Rabu, 13 Maret), serta Masjid Besar Sabilal Muhtadi di Desa Wonomulyo, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang (Rabu, 20 Maret).

“Insyaallah,” kata Endi, “untuk hari Rabu, 27 Maret nanti, kami akan membersihkan Masjid Zaadut Taqwa di Jalan Raya Bendo, Dusun Karangrejo, Desa Jambearjo, Kecamatan Tajinan, Kabupaten Malang.” 

Baca juga: Kuasai Bahasa Asing dengan Ilmu Laduni (1)

Bukan cuma di wilayah Malang Raya, GRRM juga pernah dua kali membersihkan Masjid Agung Sunan Ampel di Surabaya, masing-masing pada 25 Mei 2022 dan 28 Agustus 2023. Pembersihan dilakukan GRRM Malang bersama GRRM Surabaya dan GRRM Sidoarjo. 

Pekerjaan membersihkan Masjid Agung Sunan Ampel lebih berat lagi. Tim GRRM, misalnya, harus memakai helm yang dipasangi senter kepala atau headlamp dan memakai tali karmantel—biasa dipakai pemanjat tebing—untuk membersihkan menara masjid setinggi 25 meter. 

“Alhamdulillah, GRRM sudah menular dari Malang ke kota lain, seperti Sidoarjo, Surabaya, Mojokerto, dan Gresik. Insyaallah, tidak lama lagi GRRM Tuban terbentuk. Ya, mayoritas penggeraknya para pecinta alam,” kata Endi.

Tonton juga: Wajah Segar Ranu Kumbolo Gunung Semeru  

Endi tidak dapat memastikan jumlah total masjid dan musala yang sudah mereka bersihkan sejak November 2020 hingga Maret 2024. Menurut catatan per Agustus 2023, GRRM telah membersihkan 115 masjid dan 90-an musala. Tentu saja jumlahnya lebih banyak lagi jika ditambahkan dengan jumlah masjid dan musala yang dibersihkan setelah Agustus tahun lalu sampai sekarang.   

“Kalau dirata-ratakan, tiap bulan kami menerima empat sampai lima permohonan dari takmir atau masjid. Umumnya mereka berterima kasih karena sangat terbantu oleh GRRM karena selama dibersihkan oleh marbutnya tidak sebersih yang dilakukan para sukarelawan GRRM,” ujarnya.

Nizam alias Oyik, seorang sukarelawan GRRM menambahkan, gerakan bersih-bersih masjid juga bentuk dakwah dan syiar Islam. GRRM diharapkan bisa meningkatkan kesadaran masyarakat muslim untuk bersungguh-sungguh menjaga dan merawat masjidnya, sekaligus membangkitkan gairah para donatur untuk bersedekah dan menyalurkan zakatnya.  

Selebihnya Endi dan Oyik berharap doa dan dukungan masyarakat untuk GRRM. Dukungannya bisa dalam bentuk donasi melalui rekening Bank Syariah Indonesia 7215530625 atas nama GRRM. Mereka bisa dihubungi lewat nomor 081320003676, serta akun Instagram @resik.resikmasjid dan akun Facebook dengan nama Resik-Resik Masjid. ABDI PURMONO


Baca juga: Kuasai Bahasa Asing dengan Ilmu Laduni (2)

Share this :

Previous
Next Post »