Toleransi di Hari Raya Fitri

Kamis, April 20, 2023 Add Comment

Penulis: MOHAMAD ANAS

MASYARAKAT muslim Indonesia sebetulnya beberapa kali sudah pernah mengalami perbedaan dalam merayakan hari raya Idul Fitri. 

Dimungkinkan, hari raya Idul Fitri tahun 2023 juga mengalami perbedaan. Ormas keagamaan Muhammadiyah jauh hari telah resmi menetapkan hari raya Idul Fitri 1444 Hijriah jatuh pada Jumat, 21 April 2023, sebagaimana yang tertuang dalam Maklumat Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nomor 1/MLM/1.0E/2023 tentang Penetapan Hasil Hisab Ramadan, Syawal, dan Zulhijah 1444 H (Kompas, 18/04/2023). 

Sedangkan pemerintah melalui Kementerian Agama dan Nahdlatul Ulama (NU) masih menunggu hasil rukyat yang akan diputuskan dalam Sidang Isbat Hari Raya 1444 Hijriah yang rencananya dilaksanakan pada Kamis, 20 April 2023. 

Perbedaan pandangan dalam penetapan 1 Syawal 1444 Hijriah berdampak pada ritual keagamaan berupa salat Idul Fitri yang membutuhkan tempat beribadah, khususnya bagi warga Muhammadiyah yang secara pasti melaksanakan salat Idul Fitri Jumat, 21 April tahun ini. 

Muncul penolakan dari beberapa kalangan, bahkan beberapa pemerintah daerah, tidak mengizinkan penggunaan fasilitas pemerintah bagi ormas yang melaksanakan salat Idul Fitri yang berbeda dengan pemerintah. 

Alhasil, kondisi ini memantik keprihatinan ketua umum Pengurus Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir meminta pemerintah lebih bijak dalam mengambil keputusan, terutama terkait dengan penggunaan fasilitas publik yang sudah seharusnya digunakan untuk semua kelompok tanpa pandang bulu. Lebih jauh, Haedar Nasir mengkhawatirkan terjadinya rezimisasi agama dapat berdampak atas penihilan penghargaan terhadap perbedaan. 

Secara fiqh, merekomendasikan masalah tersebut untuk dikembalikan kepada pemerintah jika terjadi khilafiyah, sebagaimana cuitan Profesor Nadirsyah Hosen (akrab dipanggil Gus Nadir), berimplikasi tidak adanya kewajiban pemerintah memfasilitasi ormas yang melaksanakan salat Idul Fitri lebih awal karena seharusnya ketaatan pada pemerintah menghapus khilafiyah atau perbedaan pandangan yang terjadi di tengah masyarakat (Jatimnetwork.com, 19/04/2023). 

Akan tetapi, secara konstitusi, pemerintah dalam hal ini Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas meminta pemerintah daerah untuk memfasilitasi penggunaan fasilitas umum atau fasum bagi yang melaksanakan salat Idul Fitri di hari Jumat, 21 April 2023. 

Dorongan serupa juga disampaikan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) Mohammad Mahfud MD agar pemerintah daerah memfasilitasi pemakaian fasum untuk salat Idul Fitri bagi ormas yang telah meminta izin penggunaannya. Respons cepat pemerintah ini mendapatkan apresiasi publik di tengah terjadinya kegaduhan mengenai penggunaan fasilitas publik.

Agama di Ruang Publik 

Implikasi masuknya agama di ruang publik pada akhirnya mengundang polemik karena pemerintah dinilai tidak lagi netral. Kedekatan rezim pemerintah pada salah satu ormas keagamaan, dalam hal ini NU, mengakibatkan terancam diabaikannya hak beribadah ormas Muhammadiyah yang berbeda pandangan mengenai hari raya Idul Fitri. 

Kondisi serupa juga pernah terjadi ketika ormas Muhammadiyah bergandengan tangan dengan pemerintah, NU menjadi ormas yang juga terancam hak beribadahnya karena berbeda dalam penentuan hari raya Idul Fitri. 

Kondisi gagap terjadi ketika ormas Muhammadiyah di Pekalongan meminta pemerintah kota untuk memfasilitasi dan berujung penolakan atas permohonan izin tersebut. Penolakan ini buru-buru dicabut dan berujung permintaan maaf oleh wali kota Pekalongan. 

Ketidakjelasan posisi pemerintah (baca agama dan negara) akhirnya berdampak pada kebijakan yang tidak mempunyai pijakan dasar yang kuat. Kedekatan pemerintah dengan ormas keagamaan tertentu (atau ketika agama terlanjur masuk di ruang negara) mengakibatkan diabaikannya prinsip dasar konstitusi yang menjamin hak semua warga negara. 

Pilihan relasi agama dan negara di Indonesia yang disebut bersifat simbiosis-mutualisme atau differentiation (perbedaan ruang tetapi keduanya saling terhubung) pada akhirnya dalam prakteknya tidak sekokoh dalam pola sekularisme (memisahkan agama dari negara) atau agamisme (menjadikan agama sebagai dasar negara). 

Dilema relasi agama dan negara yang secara konseptual masih rapuh ini perlu pengkajian ulang dalam format yang mampu mengakomodir semua pandangan dan keberagaman. 

Toleransi Menjadi Kunci 

Perbedaan penentuan 1 Syawal 1444 Hijriah pada tahun 2023 yang sejatinya juga pernah terjadi ditahun-tahun sebelumnya telah mampu menempa kedewasaan warga muslim Indonesia yang menyikapi perbedaan. 

Jika terdapat warga muslim Indonesia secara mayoritas melaksanakan hari raya yang berbeda dari warga muslim lainnya, maka sudah seharusnya untuk tidak mengundang gaduh dengan mengintervensi kelompok lain yang melaksanakan salat Idul Fitri lebih awal. 

Tepa slira masyarakat muslim yang melaksanakan hari raya lebih awal tentu saja juga harus menghargai sesama warga yang masih menjalankan puasa. Toleransi yang demikian mensyaratkan terjadinya relasi yang egaliter dan seimbang secara horizontal. Sedangkan bentuk bentuk toleransi pemerintah sebagai aparatus ideologis juga dapat memayungi titik-titik perbedaan tersebut agar tidak sampai terjadi pengabaian hak-hak beragama dan berkeyakinan. 

Praktek toleransi warga dalam menyikapi perbedaan hari raya tidak hanya sebatas koeksistensial, pengakuan akan perbedaan, tetapi jauh lebih dari itu berupa mutual respect yang cukup indah dalam upaya mengelola perbedaan. 

Di media sosial hari-hari ini kita disuguhkan pemasangan baliho di beberapa fasilitas umum yang menampilkan jadwal hari raya Idul Fitri di tanggal 21 dan 22 April 2023. Respek dan tindakan yang dilakukan para pemuka agama di beberapa titik masjid tidak lain sebagai bentuk toleransi aktif dalam tindakan. 

Mekanisme kultural masyarakat dalam menyelesaikan perbedaan pandangan ini layak untuk diapresiasi dan sekaligus menjadi modal sosial yang tangguh dalam penyelesaian problem sosial yang seringkali tidak mampu diselesaikan melalui pendekatan formal-struktual. 

Spirit persaudaraan Islam (ukhuwah islamiyah) yang menjadikan budaya masyarakat (tepa slira, gotong-royong, dan seterusnya) sebagai media untuk menyemai persatuan dengan mengesampingkan ego kebenaran masing-masing organisasi keagamaan menjadi kapital sosial yang baik dalam merawat keberagaman, termasuk keberagaman dalam pandangan keagamaan. 

Wallahu ‘alam bisshawab.

_______________________________________________

MOHAMAD ANAS

Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengembangan Kepribadian Mahasiswa (PKM) Universitas Brawijaya Malang; dosen pada Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Brawijaya Malang.

Pejabat Al Azhar Mesir Kunjungi Sekolah di Malang yang Dikelilingi Kebun Jeruk

Senin, Februari 13, 2023 Add Comment
Dua pejabat Al Azhar Mesir, Wakil Direktur Jenderal Bidang Ujian Pendidikan Menengah Syekh Ahmad Abdul Adzim Muhammad Husain (depan) dan Wakil Direktur Jenderal Bidang Pendidikan dan Pengajaran Menengah Syekh Ahmad Khalifah Syarkowi, berjalan keluar sehabis melaksanakan salat zuhur berjamaah di Masjid Thursina dalam kampus putra Thursina International Islamic Boarding School (IIBS), Senin siang, 13 Februari 2023. Foto: ABDI PURMONO

MALANG — Lima pejabat Al Azhar Mesir mengunjungi kampus putra Thursina International Islamic Boarding School (IIBS), sekolah Islam terpadu yang berada di Dusun Klandungan, Desa Landungsari, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur, Senin, 13 Februari 2023. 

Kelima pejabat Al Azhar itu adalah Wakil Direktur Jenderal Bidang Ujian Pendidikan Menengah Syekh Ahmad Abdul Adzim Muhammad Husain, Wakil Direktur Jenderal Pendidikan dan Pengajaran Menengah Syekh Ahmad Khalifah Syarkowi, Kepala Lembaga Eksternal Administrasi Pusat Ujian Syekh Muhammad Mahmud Ad Dabes, Kepala Umum Bidang Asesmen Ustad Muhammad Abu Royyah Futuh, serta Kepala Departemen Urusan Pendidikan Menengah Ustad Sayyid Muhammad Abdul ‘Ati. 

Mereka meninjau langsung langsung fasilitas pendidikan, fasilitas pendukung seperti masjid, asrama, olahraga, dan tempat makan. Mereka juga melihat langsung proses pembelajaran di dalam kelas yang menggunakan kurikulum Al Azhar sebagai salah satu kurikulum yang dipakai Thursina IIBS. 

Acara tersebut turut dihadiri wakil dari Pondok Pesantren Daarul Ukhuwwah (Desa Asrikaton, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang); Pondok Pesantren Islamic Center eLKISI (Desa Mojorejo, Kecamatan Panggung, Kabupaten Mojokerto), dan Pondok Pesantren Tahfizh Al-Qur’an Al Fatih (Surakarta). 

Syekh Ahmad Khalifah Syarkowi mengatakan, mereka mengunjungi Thursina untuk memberikan pengawasan dan penilaian terhadap penerapan kurikulum Al Azhar yang diterapkan di sekolah Islam modern terpadu yang berpanorama Gunung Arjuna dan dikelilingi kebun jeruk itu. 

Al Azhar bukan sekadar lembaga pendidikan, melainkan lembaga pendidikan yang mewariskan ilmu Islam dari para penerus Nabi Muhammad. Ilmu Islam yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad diteruskan para sahabat yang kemudian turun temurun dilanjutkan para pendahulu Al Azhar. 

Menurut Syekh Syarkowi, ilmu Islam yang dipelajari dapat mencerahkan dunia sebagai rahmatan lil alamin. Risalah ini diamanahkan kepada Al Azhar dan kemudian Al Azhar menyebarluaskan risalahnya ke berbagai negara, termasuk Indonesia. Banyak sekolah Islam modern di Indonesia menerapkan kurikulum Al Azhar. 

“Kita umat Islam yang membawa risalah Islam dan membawa wahyu Allah dan Rasulullah. Jadi pembelajar Al Azhar adalah pembelajar mulia yang mempelajari dua ilmu mulia, yaitu ulumul Qur'an dan ulumul sunnah,” kata Syarkowi di hadapan ratusan siswa dan guru Thursina IIBS. 

Baca juga: Siswa Thursina IIBS Manfaatkan Hujan sebagai Energi Listrik

Tentu saja Syarkowi sangat senang mengetahui Thursina IIBS juga menggunakan kurikulum Al Azhar untuk meningkatkan kualitas pembelajaran ilmu Islam di pesantren putra-putri modern yang baru berusia 8 tahun itu, dengan dengan berbasis pada penguatan akhlakul karimah

“Dengan terbentuknya adab dan akhlak yang baik dan terpuji akan mencetak pencari ilmu yang berkah baik di dunia dan akhirat,” ujar Syarkowi. 

Chief of Thursina International Office Ustad Imam Awaludin mengatakan, Thursina IIBS bersungguh-sungguh berupaya memfasilitasi para santri yang ingin melanjutkan studi ke Universitas Al Azhar di Mesir. Keseriusan ini dibuktikan dengan penggunaan kurikulum Al Azhar bagi santri sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah atas (SMA). Penerapan kurikulum Al Azhar di Thursina didukung oleh 30 persen guru lulusan Al Azhar. 

Saat ini, jumlah guru dan staf di Thursina IIBS tahun ajaran 2022-2023 sebanyak 277 orang. Sedangkan santrinya berjumlah 1.090 orang, baik SMP dan SMA. Mereka terdiri dari 590 santri putra dan 500 santri putri. 

“Dengan menyediakan pengajar yang lulusan Al Azhar juga bentuk penghormatan kami kepada Al Azhar sehingga ilmu-ilmu dari Al Azhar bisa langsung disampaikan kepada santri dengan baik dan tepat,” kata Awaludin. 

Baca juga: Siswa SMA Thursina IIBS Malang Manfaatkan Hujan Jadi Sumber Energi Listrik 

Sehabis acara ceramah, perwakilan Al Azhar melakukan salat zuhur berjamaah di Masjid Thursina. Sehabis salat, Syekh Ahmad Abdul Adzim Muhammad Husain berkhotbah selama sekitar 5 menit. 

Inti khotbahnya, kurikulum Al Azhar sangat menekankan Islam sebagai jalan tengah, sebagai ajaran universal yang menjaga keseimbangan, berada di tengah, tidak terjebak pada ekstremitas baik ke kiri maupun ke kanan, penuh toleransi, moderasi, menyelesaikan masalah dengan musyawarah, terbuka dan sangat menghargai kemajemukan. ABDI PURMONO

Siswa Thursina IIBS Manfaatkan Hujan sebagai Energi Listrik

Senin, Februari 13, 2023 Add Comment

 

Nayif Muhammad Dzaki dan guru pembimbing Farhan Naufal Firdaus Al Fath. Foto: ABDI PURMONO.

MALANG — Sebagian orang menganggap hujan sebagai sumber bencana hidrometeorologi. Banjir dan longsor, contohnya. 

Nayif Muhammad Dzaki dan empat siswa kelas dua (kelas XI) Ilmu Pengetahuan Alam SMA Thursina International Islamic Boarding School (IIBS) justru menganggap hujan sebagai berkah bagi kemaslahatan manusia dan musim hujan jadi inspirasi bagi Nayif dan kawan-kawan. 

Perlu diketahui, Thursina IIBS (dulu Tazkia IIBS) berlokasi di Dusun Klandungan, Desa Landungsari, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur. Sekolah berasrama ini baru berusia 8 tahun. 

Nayif mengaku butuh waktu seminggu untuk mendapatkan ide hingga ia bersama Balaga Idnick, Muhammad Raafi Ananda, Muhammad Roayana Azzam Muntaqo, dan Farras Hazim Rakhmadi mulai meneliti kegunaan air hujan sebagai sumber energi listrik sejak pertengahan November sampai akhir Desember 2022. Mereka dibimbing Farhan Naufal Firdaus Al Fath alias Ustad Farhan selaku guru Fisika.  

“Saya waktu itu mikirnya sayang banget air hujan terbuang begitu saja. Padahal negeri kita punya curah hujan yang sangat tinggi dan itu merupakan potensi besar yang bisa diubah jadi energi terbarukan. Apalagi dunia juga sedang menuju krisis energi fosil secara global. Pemerintah kita pun sedang berusaha mengembangkan PLTA (pembangkit listrik tenaga air) hujan,” kata Nayif kepada saya di sekolahnya, Senin, 13 Februari 2023. 

Secara ringkas, Nayif dan kawan-kawan menggunakan bahan piezoelectric (diindonesiakan jadi piezoelektrik), ditambah sejumlah komponen seperti resistor, dioda, dan kapasitor. Nayif dan kawan-kawan menghabiskan Rp 200 ribu untuk belanja bahan, tapi menghabiskan waktu tiga pekan untuk merakit seluruh komponen hingga jadi alat prototipe pembangkit listrik. 

Alatnya sederhana saja, berupa tripleks berdimensi 600 sentimeter persegi panjang yang ditempeli 10 piezoelektrik berbentuk bulat yang berdiameter 35 milimeter. Tim Nayif tidak bernama, begitu pula dengan alat buatan mereka. 

Piezoelektrik merupakan salah satu bahan yang dapat menghasilkan tegangan listrik saat terkena tekanan atau getaran mekanik. Bahan piezoelektrik bersifat reversibel: apabila tegangan listrik diterapkan pada bahan piezoelektrik, maka pada material tersebut terjadi deformasi mekanik. 

Karena kelebihannya, bahan piezoelektrik dapat digunakan sebagai bahan pembuat sistem yang dapat mengumpulkan energi. Penelitian yang dilakukan tim Nayif memanfaatkan derai hujan yang mengenai bahan piezoelektrik dan mengeluarkan tegangan. Tegangan yang dihasilkan diukur dengan memakai sensor tegangan dan Arduino Uno yang berbasis ATMega328P. Tegangan yang dibaca Arduino langsung disambungkan ke laptop yang sudah dilengkapi aplikasi penghitung energi listrik, dengan tujuan untuk mempermudah pengolahan data. 

Baca juga: Siswa SMA Thursina IIBS Malang Manfaatkan Hujan Jadi Sumber Energi Listrik

Seluruh kegiatan riset dipusatkan di Laboratorium Fisika Thursina IIBS. Sedangkan pengujiannya dilakukan di tempat terbuka dalam lingkungan sekolah saat terjadi hujan. Pengujian dilakukan dengan cara membiarkan bahan piezoelektrik terkena hujan. Tim tidak menghitung kecepatan angin. 

Pengujian dilakukan lima kali. Hasilnya, alat rancangan Nayif dan kawan-kawan dapat menghasilkan daya sebesar 10 sampai 18,46 volt dari debit air sebesar 160 mililiter per detik hingga dapat menyalakan lampu light emitting diode (LED). Lampu ini sebenarnya hanya lampu indikator listrik. Untuk tegangan yang dibutuhkan LED sebesar 3,6 volt. Energi yang dihasilkan muncul di layar laptop. Sedangkan durasi lampu menyala seturut lamanya hujan turun. 

Hasil penelitian mereka pun menunjukkan, semakin besar debit air yang digunakan, maka tegangan yang dihasilkan semakin besar. 

“Data yang masuk melalui piezoelektrik belum konstan, masih acak-acakan. Alat yang kami buat bertugas untuk merapikan sekaligus menyamakan aliran arus listrik yang masuk. Jadi, sebenarnya, riset kami masih awalan sekali dan sangat sederhana, hanya untuk menghitung besaran voltase yang dihasilkan,” ujar Nayif, remaja kelahiran Palembang, 2 November 2006. 

Hasil penelitian itu yang kemudian diikutsertakan dalam ajang Global Youth Invention and Innovation Fair (GYIIF) 2023 yang diadakan di Kampus Institut Pertanian Bogor (sekarang IPB University) pada 23 Januari lalu. Nayif dan kawan-kawan menyisihkan 152 tim riset yang berasal dari Indonesia dan 17 negara. 

Keberhasilan itu tidak membuat Nayif dan teman-temannya cepat puas. Mereka bertekad menyempurnakan alat buatan mereka agar bisa bermanfaat bagi banyak orang. Nayif membayangkan suatu saat alat buatan mereka bisa dipasang di atap-atap rumah masyarakat untuk menghemat biaya hidup mereka. 

Baca juga: Tiada Listrik PLN, Nelayan Kondangmerak Andalkan PLTS Atap untuk Bikin Es

Ustad Farhan menambahkan, Nayif dan kawan-kawan sebenarnya sering mendapatkan gelar juara di bidang riset. Pada 2022 mereka meraih tiga gelar juara dengan medali berbeda. 

Di tahun itu mereka memperoleh medali emas di ajang International Avicenna Youth Science Fair yang diselenggarakan di Iran. Lalu, mereka mendapat medali perak di ajang World Invention Competition Exhibition (WICE) di Malaysia. Mereka membawa medali emas dari ajang International Science and Invention Fair (ISIF) yang diadakan secara hibrida di Universitas Pendidikan Ganesha Bali, 1-5 November 2022. 

Saat ini, Nayif dan kawan-kawan ingin berkarya lagi lewat Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR), yang merupakan kegiatan tahunan yang diselenggarakan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), sekitar Maret nanti. LIPI sendiri sudah dilebur menjadi organisasi riset di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) pada 2021 berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2021 tentang BRIN. 

“Jika bisa menang di LKIR, siswa kami punya kesempatan untuk terbang ke Amerika Serikat untuk beradu dengan tim riset dari banyak negara. Itu lebih menantang lagi,” kata Farhan. ABDI PURMONO 

 

Prajurit PPRC TNI Jangan Sampai Melanggar HAM

Senin, Februari 06, 2023 Add Comment

Panglima TNI Laksamana Yudo Margono melakukan salam komando bersama Pangdivif 1 Kostrad Mayjen TNI Bobby Rinal Makmun (kanan) dan Pangdivif 2 Kostrad Mayjen TNI Syafrial (kiri) seusai acara Alih Kodal PPRC TNI di Markas Pangkalan TNI Angkatan Udara Abdulrachman Saleh, Malang, Senin, 6 Februari 2023. Foto: ABDI PURMONO 
 
MALANG — Panglima Tentara Nasional Indonesia Laksamana TNI Yudo Margono menekankan pentingnya seluruh prajurit memahami hukum dan hak asasi manusia atau HAM, serta aktif memantau perkembangan terkini di Tanah Air. 

Penekanan tersebut disampaikan Panglima TNI saat memimpin upacara Pengalihan Komando dan Pengendalian (Alih Kodal) Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) TNI Tahun Anggaran 2023-2025 dari Panglima Divisi Infanteri 1 Kostrad Mayor Jenderal TNI Bobby Rinal Makmun kepada Panglima Divisi Infanteri 2 Kostrad Mayor Jenderal TNI Syafrial. 

Upacara Alih Kodal dilaksanakan tiap dua tahun sekali dan tahun ini dilaksanakan di landasan hubung atau taxi way Pangkalan TNI Angkatan Udara (Lanud) Abdulrachman Saleh, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur, Senin, 6 Februari 2023. 

Kegiatan ini dihadiri Panglima Kostrad Letnan Jenderal TNI Maruli Simanjuntak, ratusan prajurit TNI dari tiga matra (darat, laut, dan udara), sejumlah komandan komando utama operasi, serta jajaran forum komunikasi pimpinan daerah setempat. 

Acara diawali dengan pengecekan pasukan PPRC oleh Panglima TNI, serah terima bendera PPRC dari Bobby Rinal Makmun kepada Syafrial. 

Baca juga: Panglima TNI Yudo Margono Meminta Prajurit PPRC Jangan Sampai Melanggar HAM

Dalam amanatnya, Yudo Margono mengingatkan seluruh perwira, bintara, dan tamtama untuk selalu mengingat dan sepenuhnya mematuhi tugas pokok PPRC TNI, yaitu melaksanakan tindakan cepat pada ancaman nyata bersenjata dalam kurun waktu tujuh hari di wilayah NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) dalam rangka menangkal, menyanggah, atau menghancurkan lawan. 

Yudo mengatakan, tuntutan dan tantangan tugas TNI ke depan semakin berat. Dinamika perubahan lingkungan strategis yang begitu cepat menghadirkan ancaman nyata yang bersifat asimetris, proxy dan hibrida, serta sangat sulit diprediksi sehingga dapat mengancam stabilitas keamanan dan integritas NKRI. 

Yudo menegaskan, TNI selaku alat negara dan komponen utama pertahanan negara, sekaligus sebagai garda terdepan dan benteng terakhir bangsa, dituntut mampu mempersiapkan diri sebaik-baiknya, dengan mobilitas tinggi guna menghadapi berbagai bentuk ancaman kontemporer yang semakin mengemuka dan mengancam kedaulatan, keutuhan wilayah serta keselamatan bangsa. 

“Jadi sebelum diturunkan untuk operasi yang lebih besar tentunya PPRC yang diisi dengan pasukan terlatih telah disiapkan selama 24 jam, dan bisa mengatasi permasalahan selain perang. Nantinya mereka bertugas sampai tahun 2025,” kata Yudo. 

Tonton juga video: Panglima TNI Yudo Margono Meminta Prajurit PPRC Jangan Sampai Melanggar HAM 

Pemberian amanat itu diakhiri dengan penekanan sekaligus instruksi kepada seluruh perwira, bintara, dan tamtama supaya dapat dijadikan pedoman bagi seluruh jajaran PPRC dan seluruh prajurit TNI lainnya dalam menghadapi tugas-tugas mendatang. 

Pertama, pelihara dan tingkatkan terus kesiapsiagaan operasional dan kemampuan profesionalisme prajurit melalui pelatihan terencana dan terprogram. Laksanakan dan awasi serta kendalikan dengan baik agar PPRC TNI benar-benar siap untuk digerakkan di seluruh wilayah Indonesia secara cepat dan tepat. 

Kedua, seluruh prajurit wajib memelihara dan merawat peralatan dan alutsista (alat utama sistem senjata) yang kalian miliki secara baik dengan penuh rasa tanggung jawab dalam rangka mendukung kelancaran tugas. 

“Saya menyadari adanya kendala-kendala yang ditemui dalam rangka menjaga kesiapsiagaan operasional PPRC TNI. Oleh karena itu, saya minta agar segala hambatan atau kendala masalah yang ditemui dari sisi personel, kondisi materiel, dan serta kesiapan alutsista agar dicarikan solusi melalui inovasi dan kreasi dari para komandan satuan di jajaran PPRC TNI,” kata Yudo. 

Tonton juga video: Amanat Lengkap Panglima TNI Yudo Margono dalam Upacara Alih Kodal PPRC: Prajurit Jangan Langgar HAM

Ketiga, selalu ikuti dan pantau perkembangan situasi di Tanah Air yang sangat dinamis dengan cermat guna menentukan kemungkinan pelibatan PPRC TNI ke depan. 

Keempat, lakukan pembinaan dan pembekalan hukum kepada para prajurit PPRC TNI secara optimal sehingga dalam pelaksanaan tugas tidak menyimpang dari peraturan hukum, norma, serta prosedur yang berlaku. 

Yudo tidak ingin seluruh prajurit TNI yang bertugas di lapangan dihantui ketakutan melanggar HAM gara-gara ketidaktahuan mereka tentang hukum dan HAM. Seluruh prajurit harus dibekali pengetahuan hukum dan HAM agar perilaku dan tindakan mereka saat bertugas di lapangan terukur, benar, dan tepat. 

“Saya tidak ingin isu pelanggaran HAM menjadi momok bagi para prajurit sekalian. Itu bisa mengganggu psikologis mereka di lapangan. Makanya, kami perintahkan kepada seluruh jajaran untuk membekali mereka tentang HAM tadi agar mereka tidak melanggarnya,” ujar Yudo saat menjawab pertanyaan saya dalam jumpa pers seusai acara. 

Setelah itu Yudo dan rombongan melihat-lihat pameran alutsista dan mendengarkan yel-yel prajurit dari tiap satuan. ABDI PURMONO

Tiga Penyebab Penyakit Tuberkulosis Sukar Diberantas

Kamis, Januari 19, 2023 Add Comment
Kegiatan diskusi terpumpun tentang penanggulangan penyakit tuberkulosis yang diadakan Yayasan Bhanu Yasa Sejahtera (YABHYSA) di Hotel Savana, Kota Malang, Rabu, 18 Januari 2023. Foto: ABDI PURMONO

MALANG — Salah satu gangguan kesehatan yang banyak terjadi dan erat kaitannya dengan pernapasan adalah tuberkulosis. Nama penyakit ini biasa disingkat dengan TB maupun TBC. 

Tuberkulosis disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini sering menginfeksi paru-paru, serta dapat juga menyerang tulang, kelenjar, dan kulit. Tuberkulosis merupakan penyakit menular. Penularan tuberkulosis bisa terjadi melalui droplet (percikan air di udara) yang dikeluarkan penderita TB aktif saat bersin, batuk, berbicara, bernyanyi, atau tertawa. 

Tuberkulosis masih jadi satu dari sepuluh penyakit penyebab utama kematian di dunia. Secara global, Indonesia pun masih merupakan salah satu negara dengan beban TBC tertinggi di dunia dan masih bertahan dalam kelompok tiga besar negara dengan jumlah penderita tuberkulosis terbanyak setelah India dan Cina. 

Angka penderita tuberkulosis di Indonesia cenderung naik dalam tiga tahun terakhir. Pada 2020, data TBC di Indonesia menunjukkan mayoritas (67 persen) penderita tuberkulosis berusia produktif (15-54 tahun) dan 9 persen lagi adalah penderita berusia kurang dari 15 tahun alias masih anak-anak. Mengacu pada WHO Global TB Report 2020, sebanyak 10 juta orang di dunia menderita TBC dan menyebabkan 1,2 juta orang meninggal setiap tahunnya. 

Pada 2020 di Indonesia, diperkirakan sebanyak 845 ribu orang menderita TBC dan 98 ribu orang di antaranya meninggal atau setara dengan 11 kematian per jam. 

Mengacu data WHO Global Tuberculosis (TB) Report 2021, Indonesia berada di posisi ketiga (8,4 persen) di bawah Cina (8,5 persen) dan India (26 persen). Di bawah Indonesia ada Filipina, Pakistan, Nigeria, Bangladesh, dan Afrika Selatan. 

Estimasi temuan kasus TBC pada 2021 sebanyak 824 ribu atau setara 301/100.000 penduduk, dengan angka kematian atau mortalitas 93 ribu orang per tahun.

Namun, pada 2022 menurut data yang sama, Indonesia menempati peringkat kedua (9,2 persen) di bawah India (28 persen). Sedangkan Cina turun ke posisi ketiga dengan angka 7,4 persen. Estimasi temuan kasus TBC di Indonesia sebanyak 969 ribu atau setara 354 per 100 ribu penduduk, dengan angka kematian 144 ribu orang. 

Demikian data tuberkulosis yang dirangkum dari kegiatan diskusi terpumpun atau focus group discussion yang diselenggarakan Yayasan Bhanu Yasa Sejahtera (YABHYSA) Peduli TBC Kota Malang di Hotel Savana, Rabu, 18 Januari 2023. Kegiatan ini dihadiri Kepala Dinas Kesehatan Kota Malang Husnul Muarif dan I Made Riandiana Kartika, ketua parlemen setempat. 

“Bila kita persempit skopnya di Kota Malang, temuan kasus TB-nya 60 persen atau masih di bawah standar Program Nasional Penanggulangan TBC yang 70 persen dan angka keberhasilan penyembuhannya berkisar 77 persen atau masih di bawah standar 90 persen,” kata Kepala YABHYSA Kota Malang Ruly Narulita.

Baca juga: Jumlah Penderita Tuberkulosis di Kota Malang Masih Tinggi

Ketua DPRD Kota Malang I Made Riandiana Kartika dan Kepala Dinas Kesehatan Kota Malang Husnul Muarif, Rabu, 18 Januari 2023. Foto: ABDI PURMONO


Karena itu, kata Ruly Narulita, penanggulangan tuberkulosis harus dilaksanakan secara terpadu, komprehensif dan berkesinambungan dengan melibatkan banyak pihak baik pemerintah, swasta, maupun masyarakat. 

Ruly Narulita dan kawan-kawan sudah aktif membantu pemerintah menanggulangi penyakit tuberkulosis sejak 2014. Berdasarkan pengalaman mereka, ada tiga penyebab penyakit tuberkulosis masih jadi momok menakutkan sehingga tetap sulit diatasi, yaitu mitos, stigma negatif, serta rendahnya edukasi dan literasi. 

1.   Sebagian masyarakat Indonesia masih mempercayai mitos dan takhayul tentang penyakit, termasuk TBC. Banyak masyarakat percaya TBC sebagai penyakit kutukan leluhur atau hasil jampi-jampi/guna-guna seseorang. 

Dampaknya, penderita tuberkulosis bukannya dibawa ke fasilitas kesehatan untuk ditangani, tapi justru disarankan melakukan sejumlah ritual supaya terbebas dari hal-hal buruk itu. Padahal, faktanya, ritual semacam itu tidak mampu menyembuhkan penyakit TBC yang diderita seseorang. Penyakit TBC bisa disembuhkan dengan perawatan medis dan mengonsumsi obat yang diresepkan secara disiplin dan teratur. 

Mitos lain yang didapat kader YABHYSA di lapangan, TBC merupakan penyakit keturunan yang bisa menurun ke anak dan cucu. Faktanya, tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. 

2.   Jamak didapati di lapangan bahwa penderita TBC acap mendapat stigma negatif sehingga penderita mengalami diskriminasi. Selain harus berjuang menyembuhkan penyakitnya, penderita TBC masih harus berjuang menghadapi pengucilan oleh masyarakat dan bahkan oleh keluarga sendiri. Segelintir tenaga kesehatan juga ogah memeriksa karena takut tertular. 

Ruly menceritakan sebuah kasus menyedihkan penderita TBC yang didampingi Yayuk Widiana selaku Bendahara YABHYSA Kota Malang. Karena takut tertular, pihak keluarga menyewa sebuah lapak dagang untuk ditempati anggota keluarga yang menderita TBC. 

“Penderita disewakan bedak atau tempat jualan yang biasa kita temukan di pasar-pasar. Di situlah penderita ditempatkan untuk istirahat, makan, minum, dan aktivitas lainnya. Makan dan minumnya dipesan secara online,” ujar Ruly. 

Padahal, Ruly menukas, penderita TBC membutuhkan semangat dan dukungan masyarakat setempat dan utamanya dari pihak keluarga untuk sembuh. Penanganan penderita TBC bisa dikomunikasikan langsung dengan rumah sakit maupun fasilitas kesehatan lain dan kader YABHYSA. 

Supaya tidak menulari orang lain, penderita TBC harus disiplin menerapkan protokol kesehatan dengan benar, seperti menggunakan masker, menutup mulut saat bersin dan batuk, serta teratur meminum obat sampai tuntas sebagaimana diresepkan dokter. 

Selain itu, orang yang tinggal serumah dengan penderita TBC disarankan rajin membersihkan rumah, memastikan ruangan berventilasi dan memiliki pencahayaan yang baik, serta berpola hidup sehat untuk menjaga kondisi kondisi tubuh tetap prima. 

3.   Mayoritas penderita TBC tidak memeriksakan diri pada dokter untuk mendapat penanganan yang tepat. Mereka menganggap penyakit TBC sebagai penyakit ringan yang tidak butuh penanganan khusus sehingga bisa sembuh sendiri dengan mengonsumsi obat batuk biasa. 

Persepsi dan pemahaman salah itu disebabkan oleh lemahnya edukasi tentang pengobatan TBC. Padahal, orang dengan TBC memerlukan pengobatan dalam jangka waktu minimal 6 bulan dengan teratur mengonsumsi semua obat yang diresepkan. 

Kendati gejalanya sudah hilang selama masa pengobatan, orang dengan TBC tetap harus mengonsumsi obat sesuai yang diresepkan dokter. “Sebab,” kata Ruly, “meski gejalanya sudah hilang, tapi bakterinya belum tentu hilang.” 

Minum obat antituberkulosis tidak boleh putus. Harus disiplin. Apabila sekali saja tidak minum obat, pengobatan bisa diulang dari awal dan atau penyakitnya malah tambah parah. Andai berhenti minum obat atau tidak melanjutkan pengobatan, maka bakteri bakteri Mycobacterium tuberculosis bisa kebal terhadap obat yang diberikan sehingga penyakit TBC-nya jadi lebih berbahaya dan makin sulit disembuhkan. 

Bila orang dengan TBC ingin melanjutkan pengobatan, bukan saja harus diulang dari awal, tapi durasi pengobatannya jadi lebih panjang, minimal butuh 20 selama bulan untuk masa pengobatan. 

Baca juga: 3 Alasan Penyakit Tuberkulosis Sukar Diberantas 

“Ada juga penyebab lain tapi tidak terlalu dominan, yaitu masalah ekonomi, ketiadaan biaya. Masalah ini sebenarnya bisa diatasi bersama. Pasti ada jalan keluarnya. Tapi, tiga penyebab itu yang paling menonjol selama kami bergerak di lapangan,” kata Ruly. ABDI PURMONO

 

Jumlah Penderita Tuberkulosis di Kota Malang Masih Tinggi pada 2022

Rabu, Januari 18, 2023 Add Comment

Ketua DPRD Kota Malang I Made Riandiana Kartika dan Kepala Dinas Kesehatan Kota Malang Husnul Muarif saat mengisi acara diskusi yang diadakan YABHYSA di Hotel Savana, Rabu, 18 Januari 2023. Foto: ABDI PURMONO 

Capaian perawatan kasus tuberkulosis (TBC) di Kota Malang masih berkisar 60-70 persen dan dibutuhkan upaya bersama banyak pihak untuk mencapai angka ideal. 

MALANG — Jumlah penderita tuberkulosis atau TBC di Kota Malang masih tinggi pada tahun 2022. Sedangkan angka temuan kasus tuberkulosis di kota yang sama masih di bawah standar Program Nasional Penanggulangan TBC. 

Menurut Kepala Dinas Kesehatan Kota Malang Husnul Muarif, angka minimal temuan terduga kasus tuberkulosis secara nasional 70 persen dari total kasus, tapi capaian jumlah temuan kasus TBC di Kota Malang masih 60 persen. 

“Makanya, kami terus menerapkan strategi TOSS (temukan dan obati sampai sembuh) penderita tuberkulosis,” kata Husnul Muarif dalam kegiatan diskusi terpumpun yang diadakan Yayasan Bhanu Yasa Sejahtera (YABHYSA) Kota Malang di Hotel Savana, Kota Malang, Rabu siang, 18 Januari 2023. Kegiatan ini turut dihadiri Ketua DPRD Kota Malang I Made Riandiana Kartika.

Berdasarkan dokumen laporan Analisis Situasi dan Kebijakan Program TBC Kota Malang Tahun 2022 yang dirilis Dinas Kesehatan diketahui temuan terduga kasus TBC pada tahun lalu sebanyak 19.157 temuan. Dari seluruh temuan, diketahui warga yang positif menderita TBC sebanyak 3.215 orang atau 16,8 persen dari jumlah temuan. 

Rinciannya, sebanyak 1.970 orang menderita TBC SO (sensitif obat) dari berbagai daerah yang dirawat di fasilitas pelayanan kesehatan Kota Malang. Dari jumlah ini, penderita berstatus warga Kota Malang sebanyak 1.256 orang atau 63,75 persen. 

Pasien TBC SO adalah pasien yang berdasarkan hasil pemeriksaan bakteriologi atau tes cepat molekuler (TCM) menunjukkan hasil masih sensitif terhadap obat antituberkulosis (OAT) lini pertama. 

Lalu, ada 889 pasien TBC SO terkonfirmasi bakteriologis (pasien yang terbukti positif pada hasil pemeriksaan contoh uji biologinya melalui pemeriksaan mikroskopis langsung). Dari jumlah ini, 621 orang atau 68,85 persen tercatat sebagai warga Kota Malang. 

Angka yang memprihatinkan, jumlah anak penderita TBC SO sebanyak 248 orang, sebanyak 165 orang atau 66,53 persen di antaranya tercatat sebagai penduduk Kota Malang. 

Selanjutnya, terdapat 108 pasien TBC RO (resisten obat) dan 23 orang pasiennya terdata sebagai warga Kota Malang, serta sebanyak 71 orang menderita tuberkulosis HIV. Total, ada 84 orang meninggal selama pengobatan TBC sepanjang 2022 dan angka keberhasilan pengobatan tuberkulosis baru mencapai 77,3 persen atau masih di bawah target kesembuhan nasional 90 persen.

Baca juga: Jumlah Penderita Tuberkulosis di Kota Malang Masih Tinggi

Husnul mengatakan, Dinas Kesehatan mustahil bisa mandiri menanggulangi penyakit tuberkulosis sehingga sehingga penanganannya membutuhkan kerja sama banyak pihak terkait, seperti YABHYSA dan LSM Panther (beranggotakan mantan penderita TBC), yang aktif melakukan penyuluhan tentang TBC, pelacakan kasus TBC, hingga mendampingi masyarakat yang membutuhkan pengobatan. 

Kepala YABHYSA Kota Malang Ruly Narulita menyatakan sangat siap membantu Pemerintah Kota Malang menanggulangi TBC. Masalah terbesar yang mereka hadapi di lapangan adalah persepsi masyarakat yang menganggap TBC sebagai aib sehingga mereka enggan diperiksa maupun dibawa ke rumah sakit. Bahkan, sering ditemukan kasus “penelantaran” anggota keluarga yang menderita TBC.

YABHYSA Kota Malang mencatat berdasarkan data Global TB Report 2022, jumlah kasus tuberkulosis di Indonesia cenderung naik dalam dua tahun terakhir. Pada 2021 angkanya naik 8,4 persen dari 2020 dan lalu naik jadi 9,2 persen pada 2022, dengan jumlah rata-rata kematian (mortalitas) 144 ribu kejadian per tahun. ABDI PURMONO

Baca juga: 3 Alasan Penyakit Tuberkulosis Sukar Diberantas