Kota Malang Kusayang Jalanmu Kok Berlubang-lubang

Senin, Februari 20, 2017
Anggota Asli Malang sedang menandai jalan rusak di Kelurahan Oro-oro Dowo, Kecamatan Klojen, Kota Malang, Jawa Timur. (Foto: Komunitas Peduli Malang atau ASLI Malang

MALANG — Rinai gerimis tidak menyusutkan tekad Bayu Kurniawan dan kawan-kawan mencari lokasi sasaran.

Bersepeda motor, mereka tetap bersemangat menyisir lubang-lubang di jalanan dari Jalan Raya Sulfat sampai kawasan Terminal Arjosari pada Jumat malam, 27 Januari lalu.

Kegiatan mencari lubang-lubang di jalanan Kota Malang itu belum dua pekan mereka lakukan. Bayu ingat, mereka mulai beraksi 21 Januari 2017 sehabis ngopi di depan Stasiun Kota Baru. “Kami langsung lanjut gerak ke Jalan Ijen, Jalan Kiai Tamin, Janti, dan area Pasar Besar,” kata Bayu kepada Proklamasi, Ahad, 29 Januari 2017.

Tiada nama khusus buat kerja sosial mereka. Mau disebut apa saja terserah asal sebutannya bagus dan sopan. Di grup WhatsApp mereka menamakan diri sebagai “Tim Peduli Jalan Lubang”. Biar gampang diingat dan diucapkan, boleh dong disingkat jadi Tilang Malang.

Menurut Bayu, mereka aslinya anggota Komunitas Peduli Malang alias Asli Malang. Bukan berarti mereka jadi organisasi sempalan karena kegiatan mereka diketahui pengurus Asli Malang. Tilang Malang dibentuk bareng sejumlah anggota Asli Malang, tapi ide awalnya berasal dari Bayu dan Akhwan Afandi alias Aphan.

Yo, Mas, mereka punya ide itu disampaikan ke pengurus kok,” sahut Bendahara Perkumpulan Asli Malang Tri Wahyuni Achyar alias Yoeni Achyar.

Gerakan Tilang Malang berlangsung spontanitas; dilatari kenyataan banyak lubang di jalanan Kota Malang yang sudah bikin banyak pengendara celaka, serta dimotivasi untuk membantu warga kota agar lancar dan selamat berkendaraan. Tiada motivasi maupun tendensi lain kecuali ingin menunjukkan kepedulian pada kota yang mereka cintai, sekaligus sebagai bentuk kritik dan protes mereka terhadap kelambatan pemerintah kota membenahi jalan-jalan rusak.

“Kami mencoba menyampaikan kritik dan protes melalui cara dan aksi yang unik, tidak pake rame-rame seperti demo massa. Sing (yang) penting hasilnya positif dan bermanfaat bagi warga, khususnya bagi seluruh pengendara,” kata Bayu, yang berperan layaknya koordinator lapangan Tilang Malang.

Galih Romli, anggota Tilang Malang yang lain, mengatakan bahwa mereka tidak mempunyai metode khusus untuk menentukan lokasi sasaran. Lokasinya ditentukan secara acak, terutama berdasarkan laporan anggota yang menemukan jalan berlubang. Bukan hanya jalan rusak berlubang yang disoroti, trotoar jalan amblas dan saluran air yang tumpa pun mereka catat dan difoto.

Saat berangkat kerja, misalnya, dan ia menemukan lubang di jalan langsung ditandai dengan cat Pilox kalau pas membawanya atau mencari benda yang bisa menjadi penanda bagi pengendara untuk berhati-hati saat melintas. “Yang pasti lokasinya difoto dulu untuk dibahas bersama anggota lainnya,” kata Galih.

Galih mencontohkan jalan yang dipenuhi lubang adalah Jalan Peltu Sujono, Kelurahan Ciptomulyo, Kecamatan Sukun. Tidak cuma berlubang, sebagian aspal jalan terkelupas hingga nyaris terkikis habis. Lubang-lubang berdekatan dan tentu membahayakan pengendara.

Kondisi lubang terparah diketahui ada di Jalan Laksamana Martadinata, Kelurahan Kota Lama, Kecamatan Kedungkandang. Galih sampai membawa alat pengukur untuk mengetahui diameter dan kedalaman lubang.

Contoh lain, jalan aspal berlubang di Jalan Raya Madyopuro yang berdimensi 60x15 sentimeter, 100 meter barat jembatan Madyopuro, pernah membuat seorang ibu dan anaknya terperosok hingga mengalami luka parah.

Umumnya jalan berlubang dikarenakan kualitas aspal yang jelek, pengerjaannya yang terkesan asal-asalan, juga bekas galian pipa yang tidak sempurna dirapikan.

Anggota lainnya, Bambang Indra Bastian menyahut, sebelum beraksi Tilang Malang mengadakan kopidarat dulu ditempat yang sudah ditentukan, seperti di kawasan Stasiun Kota Baru dan monumen pesawat di Jalan Soekarno-Hatta, baru disepakati pembagian wilayah bila memang jumlah anggota yang hadir mencukupi untuk dibagi dua grup.

“Tidak ada patokan jumlah anggota yang terlibat. Kalau misalnya yang datang tiga orang, ya kami tetap bergerak,” kata Bambang. “Tidak ada basis keanggotaan yang ketat, semuanya berdasarkan kesukarelaan.”

Biasanya, kata Bambang, mereka berkumpul selepas (ba’da) salat Isya dan mulai bergerak pukul 23.00 WIB dan menghentikan aksi pukul 2 pagi. Tilang Malang sengaja bergerak malam karena jalanan sepi sehingga aksi mereka tidak mengganggu lalu lintas dan aman juga bagi mereka. Aksi di siang hari hanya dilakukan di jalan berlubang nan sepi.

Di setiap aksi Tilang Malang membawa cat putih Pilox. Cat mereka semprotkan mengitari lubang, bisa berbentuk kotak dan lingkaran. Garis semprotannya mengikuti bentuk lubang, bisa berbentuk kotak, lingkaran, dan gambar mirip pulau tak bernama. Sepintas, pekerjaan mereka mirip-miriplah dengan polisi yang sedang melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) kecelakaan lalu lintas.

Uniknya, mereka pun selalu meninggalkan tulisan “Beautiful Malang” yang sudah didesain keren, selain tulisan lain seperti “asli bolong” dan “pajak Malang”.

Rupanya, diakui Bambang dan kawan-kawan, selain ditujukan sebagai rambu peringatan bagi pengendara agar berhati-hati, tulisan “Beautiful Malang” jadi semacam sindiran halus dan empatik, bahwa mereka tetap mencintai Kota Malang kendati harus dengan menampilkan sebagian kejelekan jalan kotanya sendiri.

Cat Pilox dibeli dari hasil uang urunan. Ada pula yang berasal dari donasi. Sumbangan Pilox langsung diserahkan waktu kopidarat dan persiapan aksi. "Alhamdulillah banget ada anggota yang nyumbang 6 botol cat,” ujar Bambang.

Namun, Bayu, Galih, dan Bambang tidak bisa memastikan berapa banyak jumlah lubang yang mereka coreti kecuali menyebutnya ratusan dan mungkin sudah ribuan titik—dengan ukuran kecil, sedang, dan besar, serta kategori kerusakan ringan, sedang, dan berat. Aphan berusaha lebih realistis dengan memperkirakan ada 200-300 titik lubang yang ditandai dengan coretan dalam dua hari terakhir.

 “Gerakan kami memang masih kondisional, hampir semuanya masih serba spontanitas,” kata Bayu.

Awalnya gerakan mereka dianggap aneh oleh warga, tapi lama-lama mereka bersikap simpatik dan mendukung. Dukungan warga, misalnya, memberikan mereka gorengan atau mengajak mereka mampir di rumah untuk bertiup dari hujan. Sekarang pun beberapa anggota Asli Malang rela menyumbangkan cat atau bantuan dalam bentuk lain.

Mereka kian bersemangat karena tidak pernah ditegur apalagi dilarang polisi. Malah, mereka pernah diacungi jempol oleh semua polisi yang berada di dalam satu mobil.

Bayu, Galih, Bambang, Aphan, serta semua anggota Tilang Malang tidak pernah menganggap aksi mereka sebagai aksi vandalisme. Semua coretan mereka buat sebagus dan serapi mungkin. “Itu kan semacam coretan grafiti atau mural di aspal. Ketimbang orang-orang yang suka nyoretin enggak jelas, mendingan ikut kami saja biar lebih terarah dan bermanfaat,” kata Aphan.

Meski sudah bekerja sukarela, para pegiat Tilang Malang tetap meminta maaf kepada pengendara karena coretan Pilox mereka cepat memudar dan hilang tersiram air hujan.

Saat ini Tilang Malang berusaha mengkoordinasikan kegiatan mereka dengan satuan kerja perangkat daerah (SKPD) Pemerintah Kota Malang, yakni Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan, dan Pengawasan Bangunan. Direncanakan mereka bisa beraudiensi dengan pihak eksekutif pada Senin, 30 Januari 2017. ABDI PURMONO


CATATAN:

1.  Artikel ini pertama kali saya publikasikan di media siber Proklamasi dengan judul yang sama: Kota Malang Kusayang Jalanmu Kok Berlubang-lubang.

http://proklamasi.co/senggang/aurora-beri-sejuta-rupiah-pria-pendamping-wisuda/

2.  Saya bersyukur karena nama Tilang (Tim Peduli Jalan Berlubang) Malang yang saya pakai dalam artikel berita itu kemudian dipakai oleh Tim Peduli Jalan Lubang (nama asli di grup WhatsApp). Semula, di grup TPJL saya memberikan ide nama Tilang Malang meski mayoritas anggota grup menyatakan soal nama tidak terlalu penting dan siapa pun boleh memberi nama.

Nama Tilang Malang saya usulkan karena kerja anggota tim mirip tokoh superhero Batman yang kelayapan malam hari untuk menolong dan memberantas kejahatan, tapi anggota TPJL kelayapan untuk mengumpulkan bukti-bukti jalan berlubang (tilang), sebuah istilah yang sangat populer di kalangan polisi lalu lintas dan para pengendara yang singkatan aslinya “bukti pelanggaran” lalu lintas. 

Nah, tanpa saya sangka sama sekali, ternyata pada Selasa dinihari, 31 Januari 2017, Sam Muklis membuat desain logo Tilang Malang lengkap bersama aksesori gambar cat piloks dan tokoh Batman. Desain ini kemudian dipatenkan oleh seluruh anggota grup dan mereka tetap bagian dari Komunitas Peduli Malang (ASLI Malang). 

Kemudian pada 1 Februari tahun yang sama, nama grup WhatsApp TPJL pun diganti jadi grup Tilang Malang, yang kini beranggotakan 57 orang. Saya tetap jadi satu-satunya jurnalis yang ada di grup Tilang Malang sejak 28 Januari 2017. Akun WhatsApp saya dimasukkan ke dalam grup oleh Sam Akhwan Afandi alias Ayah Aphan, “kepala suku” Ambulans Wiuwiu.

3.  Aksi Tilang Malang yang dipublikasikan oleh pers dan “diramaikan” di media sosial direspons cepat oleh Pemerintah Kota Malang dengan menambal jalan-jalan yang berlubang.


Share this :

Previous
Next Post »