Populasi Empat Satwa di Jawa Timur Diprioritaskan Bertambah

Sabtu, Januari 21, 2017
Banteng jawa (Bos javanicus) di dalam kawasan Taman Safari Indonesia 2 atauTaman Safari Prigen, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, pada Sabtu, 26 Mei 2011. (Foto: ABDI PURMONO)
Banteng jawa (Bos javanicus) di dalam kawasan Taman Safari Indonesia 2 atau Taman Safari Prigen, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, pada Sabtu, 26 Mei 2011. (Foto: ABDI PURMONO

MALANG — Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Timur memprioritaskan penambahan populasi empat satwa liar yang hidup di dalam kawasan konservasi.

Keempat satwa liar itu adalah elang jawa (Nisaetus bartelsi), banteng jawa (Bos javanicus), kakatua kecil jambul kuning (Cacatua sulphurea abbotti), dan rusa bawean (Axis kuhlii). 

Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Jawa Timur Ayu Dewi Utari mengatakan, berdasarkan hasil pengamatan langsung di alam sepanjang 2013-2016 diketahui, dari empat spesies prioritas itu populasi banteng jawa mengalami penurunan drastis. Kondisi ini mengkhawatirkan. Populasi rusa bawean juga berkurang, tapi berkurang dalam jumlah sedikit.

“Populasi elang jawa dan kakatua jambul kuning sedikit meningkat, tapi hasil itu sudah menggembirakan,” kata Ayu kepada saya, Senin, 16 Januari 2017.

Pemantauan banteng jawa dilakukan di Hutan Lindung Londo Lampesan, Kabupaten Jember; Hutan Lindung Lebakharjo, Kabupaten Malang, serta Perkebunan Trebasala di Kabupaten Banyuwangi.

Hasilnya, jumlah banteng terpantau terus menyusut. Banteng yang terpantau pada 2013 berjumlah 50 ekor. Jumlah banteng terpantau berkurang jadi 47 ekor pada 2014, lalu berkurang lagi pada 2015 dan 2016, masing-masing sebanyak 39 dan 22 ekor.

Penurunan populasi banteng karena habitatnya terdesak oleh kehadiran perkebunan. Secara alamiah, populasi banteng juga berkurang karena dimangsa kawanan ajag (Cuon alpinus), anjing hutan yang fisiknya hampir mirip dengan serigala atau Canis lupus.

Sedangkan jumlah rusa bawean sedikit berkurang dan penurunan jumlah ini belum mengkhawatirkan karena kegiatan reproduksi rusa lebih cepat dibanding banteng.

Pemantauan rusa bawean dipusatkan di Cagar Alam/Suaka Margasatwa Bawean, yaitu di Blok Gunung Besar, Blok Gunung Mas, dan Pulau Cina. Hasilnya, pada 2014 jumlah rusa terpantau sebanyak 275 ekor, lalu bertambah 325 ekor pada 2015, dan turun sedikit jadi 305 ekor pada 2016. Tiada data pemantauan 2013.

“Dari hasil monitoring rusa bawean itu, jumlah rusa bawean di habitatnya, yaitu Pulau Bawean, diprediksi tidak mengalami perubahan berarti dalam pemantauan berikutnya,” ujar Ayu, bekas Kepala Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.

Ayu melanjutkan, kegiatan pemantauan elang jawa dilakukan di tiga lokasi, yaitu Blok Hutan Banyulinu Kawasan Cagar Alam Kawah Ijen Merapi Ungup-Ungup di Kabupaten Banyuwangi; Blok Hutan Pancur Perkebunan Kalisat di Kabupaten Bondowoso, serta Cagar Alam Gunung Picis di Desa Gondowido, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo.

Tidak sekadar memantau, Balai Besar KSDA bekerja sama dengan Pertamina Terminal BBM Surabaya juga melepasliarkan seekor elang jawa jantan berusia 19 bulan di Cagar Alam Gunung Picis pada 15 Desember 2016. Pelepasan dilakukan oleh Bupati Ponorogo Ipong Muchlissoni.

Elang itu merupakan sitaan Kepolisian Daerah Jawa Timur pada 3 Juli 2015 dan telah melalui proses rehabilitasi di Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Yogyakarta selama sekitar 17 bulan.

Sedangkan pemantauan kakatua kecil jambul kuning dilakukan di Pulau Masakambing, Kabupaten Sumenep. Hasil pemantauan menunjukkan jumlah kakatua itu stabil.

Pada 2013 terpantau 22 ekor, lalu bertambah seekor jadi 23 ekor pada 2014, berkurang lagi seekor jadi 22 ekor pada 2015, dan akhirnya kembali jadi 23 ekor pada tahun lalu. 

Sebelumnya, pada awal 2015, KLHK melalui Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati (KKH) menyatakan 25 satwa liar terancam punah apabila tidak segera mendapat perlindungan dan dikelola secara intensif dan berkelanjutan.

Untuk mencegahnya, KLHK menargetkan peningkatan populasi 25 spesies satwa langka itu hingga 10 persen dalam lima tahun mendatang. Untuk mencapainya, pemerintah tidak hanya berfokus pada penangkaran dan pelepasliaran satwa. Target penambahan populasi juga disesuaikan dengan kondisi biologis dan ketersediaan habitat.

Direktur KKH Bambang Dahono Aji saat itu menyatakan instansinya akan menggiatkan konservasi satwa liar di luar habitat atau ex-situ dengan memindahkan sebagian populasi dari suatu habitat yang terancam ke lokasi baru yang lebih aman. ABDI PURMONO


CATATAN: 

Berita terkait juga saya tulis di media siber Proklamasi dengan judul Empat Satwa Liar di Jawa Timur Diprioritaskan Populasinya Bertambah, Senin, 16 Januari 2017, pukul 13.31 WIB.

http://proklamasi.co/sainstek/empat-satwa-liar-jawa-timur-diprioritaskan-populasinya-bertambah/


Share this :

Previous
Next Post »