Pesona Tinggi Raja Bukan Hanya Kawah Putih

Kamis, Juli 11, 2019
Pengunjung menikmati pemandangan Kawah Putih Tinggi Raja, Minggu, 2 Juni 2019. Foto: TEMPO/Abdi Purmono

Panorama Cagar Alam/Taman Wisata Dolok Tinggi Raja mencakup unsur geologis, estetika, dan botani. 

KAWAH PUTIH bukan satu-satunya pesona yang diandalkan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumatera Utara untuk merayu pengunjung supaya sudi mendatangi sebagian kawasan Cagar Alam Dolok Tinggi Raja yang sudah jadi taman wisata alam.

Cagar alam seluas 167 hektare itu berada di Desa Dolok Merawa, Kecamatan Silau Kahean, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara. Dari luas seluruhnya, 4 hektare merupakan lokasi utama mata air panas bercampur belerang. Sumber air panas ini dikeliling endapan travertin atau batu kapur yang berada di ketinggian 450 meter di atas permukaan laut.

“Bukan hanya Kawah Putih yang ada di sana, tapi juga keanekaragaman hayati atau potensi alam lainnya yang masih natural. Anda sendiri sudah lihat kondisinya di sana,” kata Kepala BBKSDA Sumatera Utara Hotmauli Sianturi kepada saya, Kamis pagi, 4 Juli 2019.


Saya mengunjungi Tinggi Raja pada Minggu, 2 Juni 2019, atau dua hari jelang Lebaran. Ini merupakan kunjungan kedua setelah kunjungan pertama pada 3-6 Desember 1995 atau hampir 24 tahun silam.

Sebenarnya, kata Hotmauli, orang dilarang sembarangan memasuki Tinggi Raja karena statusnya sebagai cagar alam. Larangan ini mengacu pada ketentuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, serta Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam.

Namun, tetap saja banyak pengunjung ke sana meski sudah dilarang. Pemerintah melalui Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) akhirnya mengubah status sebagian kawasan cagar alam itu menjadi taman wisata alam (TWA) pada September 2018.


Kawasan yang berubah status jadi TWA seluas 60,94 hektare atau 36,5 persen dari total luas Cagar Alam Dolok Tinggi Raja. Kawasan TWA-nya mencakup antara lain Kawah Putih, Sungai Bah Balaklak dan air terjunnya, serta Danau Lapparan.

Danau Lapparan berlokasi 2 kilometer sebelah barat Kawah Putih di tengah hutan dan belukar. Air danau bersuhu hangat karena mendapat kiriman air panas Kawah Putih lewat bawah tanah. Meski airnya hangat, biota air seperti ikan dan alga hidup di dalamnya. Sebagian area Sungai Bah Balaklak juga berair hangat.

Dari situ saja sudah terlihat pesona apa saja yang bisa dinikmati pengunjung di dalam kawasan TWA Dolok Tinggi Raja. “Jadi, sebenarnya pengunjung bebas berwisata di area TWA-nya, bukan di dalam kawasan cagar alamnya,” ujar Hotmauli.

Tonton video: Pesona Kawah Putih Tangga Raja.

Baik sebagai cagar alam maupun TWA, panorama Dolok Tinggi Raja mencakup unsur geologis, estetika, dan botani. Selain ketiga unsur ini, Tinggi Raja juga dikenal lewat cerita legenda yang turun-temurun. Seluruh unsur ini sejatinya tetap bisa dinikmati pengunjung walau sedang berada di area TWA.

Flora yang tumbuh di Tinggi Raja merupakan paduan hutan primer dari tegakan tinggi sampai tumbuhan bawah/rendah. Flora tegakan tingginya antara lain kayu kempas (Kompassia sp), kenari (Canarium sp), hoting (Quercus sp), meranti (Shorea sp), ketapang (Termenalia katapa), dan manggis-manggisan (Garcinia sp).


Pada daerah dekat sumber air panas dan bekas endapan kapur, tumbuhan yang mampu hidup ialah kelompok ficus, jambu-jambuan, pandan, araucaria (salah satu jenis tanaman konifer alias daun jarum yang sering salah kaprah disebut pinus), bambu, pakis dan paku, jenis anggrek, serta tumbuhan merambat lain seperti kantung semar (Nephentes sp), liana, dan hoya sp. Kantong semar banyak tumbuh di tepian Danau Lapparan.

Sedangkan tumbuhan yang hidup di atas endapan kapur gampang tumbang karena humusnya tipis dan hanya ada di lapisan atas  sehingga perakaran tidak sampai ke dalam tanah sebab bawahnya merupakan tanah kapur. 

Selain beragam flora, CA Dolok Tinggi Raja pun jadi habitat siamang (Symphalangus syndactylus), rusa sambar (Cervus unicolor), dan kambing-hutan sumatera (Capricornis sumatrensis), kancil (Tragulus kanchi), kijang, dan macan dahan (Neofelis nebulosa diardi).


Bukan itu saja, berdasarkan hasil penelitian tim Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada akhir September 2003, diketahui di dalam Cagar Alam Dolok Tinggi Raja terdapat kurang-lebih 70 jenis anggrek, ratusan jenis tumbuhan di bawah, puluhan jenis liana, dan puluhan jenis pohon besar. Bunga bangkai (Amorphophallus) pernah ditemukan mekar di sana. ABDI PURMONO



Artikel terkait hasil editan redaktur di Jakarta:






Share this :

Previous
Next Post »