Majalah Panji Masyarakat Lahir Kembali

Jumat, Maret 08, 2019

Dari kiri ke kanan: Direktur Utama PT Panji Masyarakat Multimedia Nusantara Abdul Rahman Ma’mun, mantan Ketua KPK Taufiequrahman Ruki (penasihat), Pemimpin Umum Bambang Wiwoho, dan Pemimpin Redaksi Ana Suryana Sudrajat. Sumber foto: grup media sosial alumni Panji Masyarakat.

Sejak berdiri Panji Masyarakat memposisikan diri sebagai majalah penyebar ilmu pengetahuan dan kebudayaan untuk dakwah dan pembangunan umat dan bangsa.

SEJUMLAH mantan wartawan dan karyawan majalah Panji Masyarakat kembali menghidupkan majalah tersebut lewat media siber Panjimasyarakat.com. Media siber yang dibuat dan dikelola PT Panji Masyarakat Multimedia Nusantara ini dicita-citakan menjadi jembatan pemersatu umat Islam Indonesia.

Sesuai visi Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka), pendiri awal majalah Panji Masyarakat, Panjimasyarakat.com mempublikasikan ide-ide atau pemikiran para penulis dari berbagai kalangan yang dibangun dengan semangat membumikan ajaran Islam dan merangkul semua kalangan.

Pemimpin Umum Panji Masyarakat Bambang Wiwoho mengatakan, Panji Masyarakat bersifat nonpartisan dan menyuarakan politik kebangsaan berlandaskan nilai-nilai Islam. “Panji Masyarakat bertujuan menyuarakan prinsip-prinsip Islam yang salamah, yaitu Islam yang membawa kedamaian bagi kaum muslim dan pemeluk agama lain,” kata Wiwoho seusai acara peluncuran Panjimasyarakat.com di Depok, Jawa Barat, sehabis salat Jumat, 8 Maret 2019.

Wiwoho melanjutkan, Panji Masyarakat ingin membangun kesadaran publik bahwa agama jangan menjadi sumber masalah, tapi harus menjadi sumber solusi. “Untuk itu karya-karya jurnalistik yang diterbitkan diharapkan dapat menyejukkan umat, tidak memprovokasi atau memecah belah masyarakat.”

Buya Hamka dan sampul majalah Pandji Masjarakat Edisi 16 (1 Februari 1960) bergambar pendiri Nahdlatul Ulama KH Hasyim Asyari. Sumber: Portal-islam.id. 


Direktur Utama PT Panji Masyarakat Multimedia Nusantara Abdul Rahman Ma’mun mengatakan, Panjimasyarakat.com dibangun dengan pembiayaan swadaya oleh para mantan wartawan dan karyawan majalah Panji Masyarakat, dengan tujuan membangkitkan dan membangun kembali kegiatan majalah Panji Masyarakat yang diprakarsai oleh Buya Hamka.

“Dibangun sebagai pengikat kebersamaan para alumni jurnalis dan staf majalah Panji Masyarakat, kami mengharapkan media siber ini dapat menjadi referensi pemikiran Islam di tengah berkembangnya segregasi sosial, politik dan keagamaan di masyarakat kita,” kata Abdul Rahman.

Majalah Panji Masyarakat merupakan gabungan dari dua majalah Panji Islam dan Pedoman Masyarakat. Majalah Panji Masyarakat diterbitkan pertama kali oleh Yayasan Nurul Islam pada 15 Juni 1959. Hamka mendirikannya bersama KH Faqih Usman, Yusuf Abdullah Puar, dan HM Yusuf Achmad.

Majalah Panji Masyarakat yang populer dengan nama Panjimas itu memposisikan diri sebagai majalah penyebar ilmu pengetahuan dan kebudayaan untuk dakwah dan pembangunan umat dan bangsa.

Selain artikel-artikel tentang perjuangan nilai-nilai keislaman, Panji Masyarakat juga mengangkat isu-isu kontemporer terkait bidang politik, sosial, ekonomi serta budaya.

Bahkan, pada Mei 1960, rezim Orde Lama memberedel Panji Masyarakat karena mempublikasikan tulisan berjudul Demokrasi Kita karya Mohammad Hatta alias Bung Hatta. Tulisan ini berisi kritikan pedas terhadap pemerintahan Soekarno.

Panji Masyarakat terbit kembali pada 5 Oktober 1966 di bawah kendali Rusydi Hamka dan sempat mengalami kevakuman cukup lama. Setelah vakum, majalah Panji Masyarakat kembali terbit sebagai majalah mingguan di bawah manajemen PT Panji Media Nusantara pada 21 April 1997 dan akhirnya berhenti terbit pada 2001.

“Kami mencoba menyuarakan gagasan-gagasan untuk mempersatukan umat dalam bentuk sebuah portal media untuk merespons kebutuhan masyarakat akan media Islam yang moderat di tengah pesatnya perkembangan teknologi informasi,” ujar Abdul Rahman, alumni Universitas Gadjah Mada.

Kini, secara keseluruhan, artikel berita maupun karangan khas (feature) disajikan dalam 16 kategori rubrik, antara lain Muzakarah, rubrik tanya-jawab tentang masalah agama dan kemasyarakatan (bahtsul matsail); Tasawuf; Tafsir (berisi karya-karya almarhum penulis senior Syu’bah Asa), Pengalaman Relijius, Adab Rasul, dan Jejak Islam.

Ada pula artikel-artikel yang mengulas para tokoh Islam klasik, Islam modernis, dan Islam Nusantara, yang mengisi rubrik Bintang Zaman.

“Hal-hal inspiratif para tokoh mulai dari Al Ghazali, Imam Syafii, Imam Hanafi, Imam Hambali, Ibnu Rusyd, dan Ibnu Arabi hingga Kasman Singodimedjo dan M. Natsir akan diulas secara menarik di rubrik ini. Kanal khusus bernama Hamka juga dibuat khusus untuk menayangkan pemikiran, kutipan dan pandangan Buya Hamka,” kata Pemimpin Redaksi Ana Suryana Sudrajat.

Ana menambahkan, Panjimasyarakat.com juga menyediakan rubrik Aktualita yang menyajikan beragam artikel tentang isu-isu aktual di berbagai bidang seperti politik (politik kebangsaan, politik moral yang mengacu kepada sumber-sumber pokok ajaran agama dan nilai-nilai kemanusiaan), pendidikan, lingkungan hidup, kesehatan dan teknologi.

“Para pakar diperkenankan berpartisipasi untuk menulis isu terkait dalam rubrik kolom yang akan disediakan,” kata Suryana,” seraya menambahkan Panji Masyarakat juga akan menerbitkan materi-materi referensi dalam bentuk buku-buku digital atau e-book.

Sumber foto: grup media sosial alumni Panji Masyarakat.


Nama Sama Beda Isi

DARI kalangan alumni majalah Panji Masyarakat diperoleh kepastian bahwa Panjimasyarakat.com sama sekali tidak mempunyai hubungan maupun ikatan apa pun dengan portal Panjimas.com kecuali sebatas kesamaan nama. Nama boleh sama, tapi konten Panji Masyarakat jelas sangat berbeda dengan konten Panjimas.com yang diduga telah “membajak” nama populer Panji Masyarakat itu.

Dalam konteks kekinian, Panji Masyarakat nantinya berusaha menjadi media intelektual yang bernas lewat suguhan laporan mendalam alias depth reporting, karangan khas, dan konten lain dengan tetap mematuhi Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers, Kode Etik Jurnalistik, dan Pedoman Pemberitaan Media Siber.

Seperti semangat awal pendiriannya 60 tahun silam, Panji Masyarakat takkan mempromosikan gagasan radikalisme, pengkafiran, dan sejenisnya, sebagaimana dilakukan beberapa media siber yang berhaluan radikal, termasuk media siber yang sembarangan menggunakan singkatan populer nama Panji Masyarakat itu.

Panji Masyarakat mempunyai Dewan Penasihat yang antara lain beranggotakan Kiai Haji Ali Yafie, tokoh Nahdlatul Ulama dan mantan ketua Majelis Ulama Indonesia, mantan ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Taufiequrahman Ruki, tokoh nasional Hariman Siregar, pengamat sosial-keagamaan Fachry Ali, dan Syakib Bafagih.

Sedangkan redaktur ahlinya antara lain KH Masdar F. Mas’udi, Azyumardi Azra, Bahtiar Effendy, Helmy Ali Yafie, dan Komaruddin Hidayat. ABDI PURMONO

Share this :

Previous
Next Post »