AJI Helat Festival Media VI dan Kongres X di Solo

Jumat, November 24, 2017


SOLO — Aliansi Jurnalis Independen menggelar Festival Media AJI di Grha Soloraya, Kota Solo, Jawa Tengah, pada Kamis-Jumat, 23-24 November 2017.


Pelaksanaan festival mengawali pelaksanaan Kongres X AJI di Hotel Sunan, 24-27 November, di kota yang sama. Acara pembukaan dihadiri Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara.

Dalam sambutan pembuka festival, Kamis kemarin, Ketua Umum AJI Indonesia Suwarjono mengimbau masyarakat untuk tetap mempercayai media arus utama di tengah kemunculan begitu banyak media sosial yang turut menyajikan informasi.

Saat ini publik sedang menyaksikan perang informasi yang disajikan media mainstream dan media sosial. Masyarakat sedang berada dalam revolusi digital yang luar biasa.

“Namun, bagaimana kita menyikapinya, kita berharap media mainstream tetap jadi sumber informasi yang paling dipercaya masyarakat,” kata Suwarjono.

Menurut Jono, panggilan karib Suwarjono, media mainstream dianggap memiliki kredibilitas untuk mencari fakta lapangan yang disertai kemampuan untuk melakukan konfirmasi dan verifikasi jurnalistik terhadap informasi, data, dan fakta yang diperoleh. Kemampuan melakukan verifikasi inilah yang menjadi pembeda utama antara pelaku jurnalistik dan pengguna media sosial.

“Dalam konteks itulah, kami (AJI) dan kita bersama mengambil tanggung jawab untuk menggiatkan literasi media bagi masyarakat,” ujar Jono.

Dalam acara yang sama, Menteri Rudiantara meminta kepada masyarakat untuk berani memerangi penyebaran kabar dusta alias hoax dan berita palsu (fake news) mulai hulu hingga hilir. “Untuk itu, kami di Kominfo terus melakukan sosialisasi supaya masyarakat mendapatkan konten yang sehat, bebas dari hoax,” kata Rudiantara.

Ia menjelaskan, upaya itu diekspresikan dengan melakukan pengetatan di hilir berupa pengetatan akses, lalu pengetatan di hulu melalui kerja sama dengan komunitas pelaku media mainstream, media alternatif, dan pegiat media sosial, seluruh strata di masyakat sehingga nantinya masyarakat kian mampu memilih dan memilah konten-konten yang tersaji di dunia maya, khususnya konten yang beredar melalui media sosial.

Kementerian Komunikasi, kata Rudiantara, sedang menggencarkan literasi media berupa aksi cyber creation yang melibatkan semua pemangku kepentingan seperti lembaga pemerintah, lembaga swasta, lembaga swadaya masyarakat, dan perguruan tinggi.

“Peran serta masyarakat begitu penting sehingga pemerintah harus melibatkan masyarakat. Setiap tahun programnya bergerak di beberapa kota di seluruh kota untuk disosialisasikan,” ujar Rudiantara.

Ketua Festival Media AJI 2017 Adib Muttaqin Asfar mengatakan, festival media menjadi agenda tahunan AJI yang menjadi ajang untuk mempertemukan kalangan media dan jurnalis dengan masyarakat. Pelaksanaan Festival Media AJI bertujuan untuk memantau perkembangan media, kebebasan berekspresi, dan demokrasi di Indonesia. Festival Media AJI tahun ini bertema “Jurnalisme Damai,Jurnalisme Keberagaman.”

Festival Media AJI tahun ini terasa lebih meriah karena 38 AJI Kota turut berpartisipasi. Sedikitnya 500 anggota AJI hadir di Solo. Festival serupa sebelumnya diikuti 20 AJI Kota. “Sekarang lebih terasa meriah karena acaranya digandeng dengan Kongres AJI,” kata Adib yang juga anggota AJI Kota Solo.

Selain bagi anggota AJI, festival media itu dan semua rangkaian acara terbuka bagi jurnalis non-AJI, pegiat jurnalisme warga (blogger), dosen, mahasiswa dan pelajar, serta masyarakat umum.

Kemeriahan itu tampak dalam rangkaian seminar, pelatihan, lomba, dan pemutaran film. Panitia pelaksana menyediakan 44 lapak bagi AJI Kota serta beberapa media lokal dan nasional yang menjadi peserta festival. Setiap peserta bebas berkreasi untuk menjadikan lapaknya kelihatan keren.

Beberapa media nasional juga menjadi narasumber dalam seminar dan pelatihan. Seminarnya, antara lain bertema “Jurnalisme di Era Revolusi Industri Keempat. Menurut Jono, seminar ini mengulas arah media di tengah gempuran digitalisasi.

“Festival Media AJI tahun ini mengetengahkan tren media terkini yang semakin berkembang misalnya terkait robot jurnalisme, data jurnalisme, reportase VR, dan sebagainya,” kata dia.

Selain itu, tiga perusahaan raksasa digital (Facebook, Google, dan Twitter) mengambil bagian dalam sejumlah workshop literasi digital. Mereka bicara bagaimana masyarakat bijak bermedia sosial serta pemanfaatannya untuk penyebaran informasi atau peliputan berita. Karena itu, Fesmed menyajikan workshop melawan hoax, petunjuk berinternet sehat dan aman, hingga social media hack.

Sebelum Fesmed dimulai, panitia menggelar dua acara masing-masing di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) dan Universitas Negeri Solo (UNS) alias Universitas Sebelas Maret, pada Selasa-Rabu, 21-22 November. Di UMS diadakan pelatihan monotize online media dan science journalism. Sedangkan di UNS diadakan kuliah umum jurnalisme data.

Batikimono mencatat, Fesmed di Solo merupakan festival media keenam yang diadakan AJI sejak 2012. Berikut daftar pelaksanaan Festival Media AJI:

No.

Tempat
Waktu


1

Bandung

15-16 September 2012
2
Yogyakarta
28-29 September 2013
3
Surabaya
16-17 Mei 2014
4
Jakarta
14-15 November 2015
5
Pekanbaru
19-20 November 2016
6
Solo
23-24 November 2017

Adapun pelaksanaan Kongres X dimulai Jumat sore ini, seusai pelaksanaan Fesmed.

Menurut Jono, selain agenda pemilihan ketua umum dan sekretaris jenderal baru, dalam Kongres juga dibahas sejumlah isu jurnalistik. Hal penting yang dibahas, antara lain, tentang kekerasan terhadap pers yang frekuensinya meningkat dalam setahun terakhir.

“Kami mencatat, tahun ini kekerasan terhadap pers berjumlah 78 kejadian. Jumlah ini luar biasa karena tahun-tahun sebelumnya hanya sekitar 40-an kejadian,” ujar Jono, yang sedang menikmati “masa persiapan pensiun” sebagai Ketua Umum AJI Indonesia.

Yang lebih memprihatinkan lagi, kasus-kasus kekerasan terhadap pers banyak menggantung penyelesaiannya dan malah tidak diproses secara hukum. Umumnya, kata Jono, kekerasan terhadap pers yang tidak diproses secara hukum karena korban menerima permintaan maaf dari pelaku kekerasan.

Tiada efek jera bagi pelaku kekerasan terhadap pers, terlebih lagi bila pimpinan institusi tempat pelaku bekerja berkomunikasi dengan pemilik media untuk meminta penghentian pemberitaan kekerasan tersebut dan mengajak berdamai.

Idealnya, Jono menegaskan, harus ada efek jera bagi pelaku kekerasan terhadap pers. Permintaan maaf tetap diterima, tapi tindak kekerasannya juga tetap diproses secara hukum. “Hal itu akan kami bahas di dalam Kongres ini,” kata Jono.

Sejauh ini, baru ada dua anggota AJI yang mendeklarasikan diri untuk maju sebagai calon ketua umum, yakni Abdul Manan (Tempo) dan Syofiardi Bachyul (The Jakarta Post).

Suwarjono dan Arfi Bambani saat memberi sambutan setelah terpilih menjadi ketua umum dan sekretaris jenderal AJI Indonesia dalam Kongres IX di Bukittinggi, Sumatera Barat, Minggu, 30 November 2014. Foto: ABDI PURMONO

Pendirian Aliansi Jurnalis Independen diawali dengan kumpul bareng sekitar 150 orang yang terdiri dari wartawan, kolumnis, dan cendikiawan. Mereka mengikuti acara Silaturahmi Wartawan Indonesia di Wisma Tempo Sirnagalih, Bogor, Jawa Barat, pada 6 Agustus 1994.

Sehari kemudian, 7 Agustus tahun yang sama, sebanyak 58 orang peserta silaturahmi menandatangani deklarasi AJI. Santoso menjadi sekretaris jenderal dan Ahmad Taufik (wafat di Jakarta, 23 Maret 2017) menjadi ketua presidium.

Berikut rekapitulasi pelaksanaan Kongres AJI. Kecuali data Kongres IX dan Kongres X, data Kongres AJI lainnya didapat dari buku Semangat Sirnagalih: 20 Tahun Aliansi Jurnalis Independen yang diterbitkan AJI Indonesia pada 2014.

No.

Tempat
Waktu

Terpilih

1

Gedung Realino, Yogyakarta

7-8 Oktober 1995

Satrio Arismunandar (sekretaris jenderal), Santoso (ketua presidium)
2
Wisma Hijau, Cimanggis, Depok, Jawa Barat
25-26 Oktober 1997
Lukas Luwarso (ketua), Dadang RHS (sekretaris), Roy Pakpahan (bendahara)
3
Hotel Santika, Surabaya, Jawa Timur
3-5 Desember 1999
Didik Supriyanto (sekretaris jenderal, 1999-2001)
4
Graha Santika, Semarang, Jawa Tengah
9-11 November 2001
Ati Nurbaiti (ketua umum), Solahudin (sekretaris jenderal)
5
Wisma Hijau, Cimanggis, Depok, Jawa Barat
17-20 Oktober 2003
Eddy Suprapto (ketua umum), Nezar Patria (sekretaris jenderal)
6
Pusat Pendidikan dan Latihan Lautan Berlian, Cipanas, Cianjur, Jawa Barat
25-27 November 2005
Heru Hendratmoko (ketua umum), Abdul Manan (sekretaris jenderal)
7
Hotel Sanur Beach, Denpasar, Bali
28-29 November 2008
Nezar Patria (ketua umum), Jajang Jamaludin (sekretaris jenderal)
8
Hotel Aryaduta, Makassar, Sulawesi Selatan
1-3 Desember 2011
Eko Maryadi (ketua umum), Suwarjono (sekretaris jenderal)
9
Hotel Grand Rocky, Bukittinggi, Sumatera Barat
27-29 November 2014
Suwarjono (ketua umum), Arfi Bambani (sekretaris jenderal)
10
Hotel Sunan, Solo, Jawa Tengah
24-26 November 2017


Kecuali kongres ke-9 dan kongres ke-10, data delapan kongres lainnya bersumber dari buku Semangat Sirnagalih: 20 Tahun Aliansi Jurnalis Independen yang diterbitkan AJI Indonesia pada 2014. ABDI PURMONO


Share this :

Previous
Next Post »
1 Komentar
avatar

Terimakasih Batikimono dan AbangNda Abel. Tulisan yang menambah pengetahuan tentang sejarah AJI

Balas