Kursi Roda Berkendali Suara

Senin, Oktober 30, 2017

Tiga dari sembilan anggota tim riset Computer Vision Fakultas Ilmu Komputer Universitas Brawijaya. Foto: ABDI PURMONO

Alat bantu gerak buatan tim Computer Vision adalah pengembangan lebih kompleks kursi roda elektrik. 

UNTUK mempermudah pengguna kursi roda, tim riset Computer Vision Fakultas Ilmu Komputer Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur, membuat kursi roda elektrik pintar. Kursi roda ini dapat digerakkan dengan perintah suara atau gerakan kepala. Perangkat ini menggunakan teknologi pengolahan citra digital dan pengenal suara.

Kursi roda elektrik dilengkapi motor penggerak dan tugas pengendali. Namun para penderita paraplegia (kelumpuhan separuh badan bagian bawah), tetraplegia (kelumpuhan kaki dan tangan), polio, serta stroke kerap mengalami kendala mengendalikan kursi roda elektrik.

Alat bantu gerak buatan tim Computer Vision adalah pengembangan lebih kompleks kursi roda elektrik. Kursi roda generasi kedua ini memiliki lima fitur pengendali. Perintah gerak bisa dimasukkan secara manual lewat panel liquid crystal display (LCD), aplikasi di telepon seluler pintar, sensor suara, gerak kepala, dan pelacak gerak manusia (human tracking).

Tim beranggotakan sembilan orang itu dipimpin Kepala Program Studi Magister Ilmu Komputer/Informatika Fitri Utaminingrum. Menurut Dahnial Syauqy, anggota tim riset, kecepatan kursi roda masih disesuaikan dengan laju orang berjalan supaya bisa diikuti. Laju kursi masih 50 persen di bawah kecepatan asli yang diperkirakan mencapai 40 kilometer per jam di lintasan datar.

Kursi roda ini menggunakan komputer mini IntelNUC A7 seharga Rp 9 juta sebagai “otak” pengendali. Prosesor yang canggih ini memungkinkan sistem bisa cepat merespons perintah pemakainya. Mesin yang dipasang di kursi roda ini juga memiliki daya lebih besar. Alat ini bisa menyokong beban hingga 100 kilogram.

Tim belum bisa memastikan laju maksimal kursi roda. Mereka juga belum menguji di lintasan menanjak dan menurun. Total biaya yang dihabiskan untuk riset dan pembuatan kursi ini mencapai Rp 200 juta, merupakan dana Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.

Tim masih meneliti sistem kursi roda untuk meningkatkan kemampuannya. Menurut Dahnial, fitur yang paling bisa diandalkan adalah sistem pengarah manual pada kamera dan pengendali jarak jauh di ponsel pintar.

“Segala kekurangan diperbaiki untuk kemudian bisa dipublikasikan di jurnal ilmiah internasional,” ujar Dahnial yang juga koordinator Kelompok Jabatan Fungsional Dosen Komputasi Berbasis Jaringan di Universitas Brawijaya. ABDI PURMONO

Catatan:

Laporan kursi roda pintar (smart wheelchair) buatan Falkutas Ilmu Komputer Universitas Brawijaya dipublikasikan di rubrik Inovasi Majalah Tempo Edisi 23-29 Oktober 2017, halaman 16, dengan judul Kursi Roda Berkendali Suara


Share this :

Previous
Next Post »