Cahaya dan Lagu untuk Tumbuh

Minggu, Oktober 22, 2017
Foto: Dokumentasi FTP UB 

Etrovice adalah perangkat untuk menaikkan produktivitas tanaman dan memangkas masa panen.

SUARA gamelan Kebo Giro mengalun lembut di dalam screen house alias rumah paranet tanaman sawi daging seluas 200 meter persegi di Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur. Luas Desa Tulungrejo 807 hektare dan berada di ketinggian 1.150 meter dari permukaan laut.

Lantunan gamelan bersumber dari kotak kontrol atau kotak kendali bernama Etrovice (electroculture vegetable device) yang terpasang di empat sudut rumah paranet.

Etrovice dibuat empat mahasiswa Jurusan Keteknikan Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Universitas Brawijaya, Malang. Beranggotakan Sintya Laylie Mukaromah, Danar Wicaksono, Khurun In Nur, dan Aziz Iman W., penelitian mereka dibimbing dosen Joko Prasetyo dan masuk dalam 109 Inovasi Indonesia 2017.

“Etrovice adalah perangkat untuk menaikkan produktivitas tanaman dan memangkas masa panen,” kata Sintya kepada saya di Laboratorium Daya dan Mesin Pertanian FTP UB, Selasa, 10 Oktober 2017.

Pembuatan perangkat dibiayai Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Perangkat yang menghabiskan biaya Rp 7 juta ini memanfaatkan teknologi cahaya monokrom dan musik (teknologi sonic bloom), yang dilengkapi lampu light emitting diode (LED) dan pengeras suara. Kotak kendalinya terbuat dari bahan anti-air yang mengatur kerja perangkat secara otomatis.

Energi cahaya bersumber dari empat rangkaian lampu LED merah dan biru dengan perbandingan 1:1. Satu rangkaian terdiri dari 52 lampu LED. Tiap lampu berdaya kurang dari 5 watt.


Kata Sintya, musik apa pun bisa dipakai asalkan frekuensinya 3.500-5.000 hertz. Mereka memasang Kebo Giro, musik yang biasa dipakai mengiringi pasangan pengantin di Jawa Tengah, untuk melestarikan musik tradisional.

Seluruh pengeras suara diarahkan ke tanaman. Jumlah pengeras suara bisa ditambah atau dikurangi sesuai dengan kebutuhan. Musik gamelan diputar dua kali, yaitu mulai pukul 04.30 sampai 09.30 WIB (masa proses fotosintensis tanaman sangat optimal), serta mulai pukul 16.00 sampai 20.00 WIB. Sumber listrik Etrovice berasal dari panel surya yang dayanya disimpan di dalam aki 12 volt.

Pemancaran suara ditujukan untuk mengimbangi kekurangan cahaya saat petang dan malam hari. Pemutaran musik gamelan kedua dari sore sampai malam tadi disertai dengan penyalaan cahaya monokrom. Cahaya dipancarkan dari pukul 17.00 hingga 20.00 WIB. Pemberian cahaya tambahan ini ditujukan untuk memperpanjang waktu fotosintensis.

Cahaya biru dan merah dipilih dengan alasan bahwa spektrum cahaya matahari sangat variatif, tapi sebenarnya tumbuh-kembang tanaman sudah cukup dipenuhi oleh warna merah dan biru. Cahaya merah dan biru memiliki panjang gelombang yang paling optimal yang bisa diserap tumbuhan selama berfotosintesis. Cahaya merah dan biru juga dapat memperlebar diameter batang dan mempercepat pembentukkan hormon auksin pada tumbuhan.

Menurut Khurun, musik dapat meningkatkan tekanan turgor, yaitu tekanan yang mendorong membran sel terhadap dinding sel tanaman. Kondisi ini memicu sel penjaga dalam stomata (mulut daun) membuka lebih lebar sehingga penyerapan asupan makanan, unsur hara, dan karbon dioksida (zat asam arang) meningkat dan fotosintesis berlangsung lebih optimal.

Etrovice bisa diterapkan pada semua tanaman sayuran, seperti wortel, kentang, sawi, seledri, dan cabai. “Diujicobakan pada sawi daging karena kebetulan petani yang jadi mitra kami menanam sawi itu sesuai musim tanam yang berlaku di sana,” ujar Khurun.

Hasil pengujian Etrovice sepanjang Mei-Juni menunjukkan adanya peningkatan morfologi sawi hingga 42,4 persen. Masa panen pun bisa lebih cepat. Produktivitas tanaman juga meningkat hampir dua kali lipat. Sawi yang dipapar suara dan lagu dari Etrovice memiliki berat basah 358,8 gram atau naik dari 247,3 gram tanpa Etrovice.

Dengan Etrovice bisa dipanen sawi sebanyak 160,67 kilogram dalam tempo 34 hari. Sebelumnya, tanpa Etrovice, hanya dipanen 97,22 kilogram dalam waktu 2 bulan. Jadi, penggunaan Etrovice bisa meningkatkan produktivitas tanaman hingga 65 persen dan memangkas masa panen sampai 50 persen.

Panen Sawi


Dengan Etrovice

Tanpa Etrovice

Berat basah


358,8 gram

247,3 gram

Total bobot

160,67 kilogram

97,22 kilogram


Masa panen

34 hari

60 hari (2 bulan)

Danar mengatakan ide riset muncul pada Agustus tahun lalu, yang dilatarbelakangi masalah-masalah yang lazim dihadapi petani sayuran Kota Batu. Kota ini berada di dataran tinggi yang minim cahaya matahari dan cepat tertutup kabut.

Akibatnya, tanaman mengalami etiolasi, yakni pertumbuhan tanaman sangat cepat, tapi menjadi menjadi lemah dengan daun kecil dan pucat. Kadar kehijauan daun atau klorofilnya rendah sehingga tanaman memiliki fisik kerdil dan kurus.

Selain faktor cuaca, curah hujan yang tinggi justru menghambat pertumbuhan dan malah sebaliknya bisa merusak tanaman.

Kedua, curah hujan yang tinggi justru menghambat pertumbuhan dan malah bisa merusak tanaman.

Danar dan kawan-kawan juga menyatakan membuat Etrovice karena terinspirasi penelitian sejenis oleh dosen pembimbing mereka, Joko Prasetyo, saat kuliah di Institut Pertanian Bogor. Selama ini riset penggunaan suara lebih banyak ditujukan kepada satwa dan manusia, tapi masih sangat langka ditujukan kepada tanaman. ABDI PURMONO


Catatan:

Laporan Etrovice dari saya diedit redaktur dan kemudian dipublikasikan di rubrik Inovasi Majalah Tempo Edisi 16-22 Oktober 2017, halaman 16, dengan judul Cahaya dan Lagu untuk Tumbuh.

Share this :

Previous
Next Post »