Mengeratkan Persahabatan Internasional Melalui Gunma Cup

Selasa, November 15, 2016


SUASANA hening dan tenang menjelang pembacaan nama para pemenang Gunma Cup II. Suasana kembali meriah seusai Kimura Nanami mengumumkan tiga nama pemenang kontes esai dan pidato bahasa Jepang itu di Gedung Aula Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Brawijaya pada Ahad, 13 November 2016.

Gunma Cup diselenggarakan oleh International Institute for Multicultural Studies (IIMS) yang bekerja sama dengan Program Studi Sastra Jepang FIB Universitas Brawijaya. Gunma Cup II di Malang diadakan sejak Sabtu, 12 November 2016. Setelah di Malang, kegiatan serupa akan diadakan di Busan, Korea Selatan, 26-27 November tahun yang sama.

Fenty Shofia Rodhila, mahasiswa Program Studi Sastra Jepang FIB Universitas Brawijaya, menjadi juara pertama dengan pidato berjudul Kotoba wa Tsunagaru tame no Mono atau Bahasa sebagai Penghubung. Juara kedua diraih Benny Wijaya dari Sekolah Tinggi Bahasa Asing (STBA) Yapari, Bandung. Benny menyampaikan pidato berjudul Nihon to Indonesia no Tsunagari alias Hubungan antara Jepang dan Indonesia. Posisi ketiga ditempati Yesi Aprilia dari Universitas Gadjah Mada (UGM). Yesi menyampaikan pidato bertajuk Ai wo chokusetsu Tsutaetai, yang berarti Ingin Menyampaikan Sayang secara Langsung.

Fenty, Benny, dan Yesi menyisihkan 15 peserta. Semula peserta berjumlah 20 orang; dua orang mengundurkan diri hingga tersisa 18 orang peserta. “Tiap peserta diberi waktu 4 menit untuk berpidato,” kata Wahyu Cahyaningrum, sekretaris panitia dari Program Studi Sastra Jepang.

Selain dari Universitas Brawijaya, STBA Yapari, dan UGM, peserta lainnya berasal dari Universitas Mercu Buana (Jakarta), Universitas Kristen Maranatha (Bandung), Universitas Negeri Semarang, Universitas Pendidikan Indonesia (Bandung), Universitas Bina Nusantara (Jakarta), Universitas Diponegoro (Semarang), dan Universitas Darma Persada (Jakarta).

Menurut Cahyaningrum, selama Gunma Cup berlangsung, Presiden IIMS Profesor Takao Ota dan delapan mahasiswa Jepang—termasuk Kimura Nanami—berada di Kota Malang sebagai panitia dan juri. Mereka dibantu panitia lokal yang berjumlah delapan orang, campuran dosen dan mahasiswa Program Studi Sastra Jepang FIB Universitas Brawijaya.

Gunma Cup merupakan ajang seleksi untuk program 多文化交流 (Tabunka Kouryuu atau Pertukaran Budaya). Profesor Ota mengatakan, Gunma Cup bertujuan memberi kesempatan kepada para mahasiswa yang mempelajari bahasa Jepang untuk mengunjungi “Negeri Sakura” demi meningkatkan pemahaman multikulturalisme, mempererat hubungan antarbudaya, dan sekaligus mempromosikan daerah Gunma. Pemahaman multikultarisme dan eratnya hubungan antarbudaya bisa menjaga perdamaian dunia.

Seluruh pemenang Gunma Cup di Malang dan Busan akan mengikuti program Pertukaran Budaya di Gunma selama sepuluh hari pada Februari 2017. Semua biaya keberangkatan dan kepulangan, serta akomodasi, ditanggung IIMS.

IIMS adalah organisasi nonpemerintah yang bergerak di bidang hubungan persahabatan internasional yang berkantor pusat di Kota Annaka, Prefektur Gunma, Jepang. Prefektur sederajat provinsi. Kota Gunma berada di barat Tokyo.

IIMS menjalin kerja sama dengan Program Studi Sastra Jepang FIB UB sejak 2007. Tiap tahun IIMS mengunjungi Kota Malang bersama rombongan mahasiswa Jepang dan melakukan pelbagai kegiatan untuk saling bertukar budaya bersama dengan mahasiswa FIB UB. Kerja sama ini kemudian dikukuhkan dengan penandatanganan nota kesepahaman atau memorandum of understanding antara IIMS dan Universitas Brawijaya pada 2011.

Jadi tidak mengherankan bila Gunma Cup pertama pun dilaksanakan di FIB UB dilaksanakan pada Sabtu-Minggu, 23-24 Mei 2015. Para pemenang edisi perdana Gunma Cup diajak mengunjungi Gunma sepanjang 10-20 Agustus 2015.

Sama dengan hadiah Gunma Cup I, para pemenang Gunma Cup II juga diajak mengunjungi lokasi Tomioka Silk Mill, situs bersejarah yang ditetapkan oleh Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa atau UNESCO sebagai warisan dunia pada 2014.  

Pada zaman dulu, daerah Tomioka menjadi pusat produksi sutra (silk) di Jepang. Hingga kini di Tomioka masih terdapat peninggalan permukiman, gedung pabrik dan tempat budidaya kepompong. Tempat budidaya ini menyerupai gua (fuketsu). ABDI PURMONO  

Share this :

Previous
Next Post »