Kebun Ilmiah, Juga Kebun Jodoh

Minggu, November 23, 2008


Kebun Raya Purwodadi
Foto-foto: ABDI PURMONO

KORAN TEMPO, Jumat, 2 Mei 2008

DI ANTARA rindangnya pohon-pohon hijau besar, 60 mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, bersuka ria. Mereka tengah melakukan kegiatan luar ruang di tengah keindahan Kebun Raya Purwodadi, Pasuruan, Sabtu dua pekan lalu.

Para mahasiswa ini adalah bagian dari ribuan pengunjung yang setiap tahun memanfaatkan salah satu cabang Kebun Raya Indonesia (Kebun Raya Bogor) itu sebagai tempat melakukan berbagai kegiatan.

Memang, dengan beragam kepentingan pengunjung mendatangi kebun raya yang terletak di Desa Purwodadi, Kecamatan Purwodadi, Pasuruan, ini, dari penelitian hingga sekadar menikmati sejuknya embusan angin pegunungan. Bahkan, tak sedikit yang memadu kasih.

Terletak di tepi jalan raya utama yang menghubungkan Surabaya-Malang, tempat ini mudah dijangkau. Dari Surabaya hanya 65 kilometer ke arah selatan. Dari Malang terpaut jarak 24 kilometer ke arah utara. Sedangkan dari Pasuruan 30 kilometer ke arah barat daya.

Didirikan pada 30 Januari 61 tahun silam oleh Dr LGM Baas Becking, Kebun Raya Purwodadi merupakan Unit Pelaksana Teknis Konservasi Tumbuhan yang bernaung dan bertanggung jawab kepada Deputi Ketua Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Bidang Ilmu Pengetahuan Alam.


Tugas dan fungsinya adalah melakukan inventarisasi, eksplorasi, dan konservasi tumbuh-tumbuhan yang mempunyai nilai ilmu pengetahuan dan ekonomi, langka, serta dan endemik, terutama flora Indonesia dari dataran rendah kering. Di tempat ini tersedia fasilitas penelitian, pendidikan, dan pemanduan, khususnya di bidang botani. Juga, tentu saja, fasilitas rekreasi di alam terbuka.

Dalam keseharian, kebun raya ini lebih lekat sebagai tempat rekreasi. Sejumlah pasangan muda yang memadu kasih menjadi pemandangan yang bisa disaksikan di setiap sudut di area seluas 85 hektare ini. Tangan-tangan usil pun mengotori tempat itu dengan coretan-coretan bernada cinta di berbagai tempat.

Jamal, petugas loket penjualan tiket masuk, sudah mafhum. Ia tak menampik fakta, selain rombongan mahasiswa dan pelajar atau keluarga, jumlah pasangan muda-mudi memang tak kalah banyak. Tak jarang orang menyebut tempat ini sebagai "kebun jodoh". "Ya, sebutan orang bermacam-macam. Mau diiyakan, gimana. Tidak diiyakan, faktanya begitu," tuturnya kepada Tempo.

Berada pada ketinggian 300 meter dari permukaan laut dengan topografi datar sampai bergelombang, curah hujan di sana rata-rata 2.372 milimeter per tahun. Dengan suhu 22-23 derajat Celsius, tempat ini tergolong sejuk.

Semula, kebun raya ini dimanfaatkan untuk kegiatan penelitian tanaman perkebunan. Pada 1954 mulai diterapkan dasar-dasar perkebunrayaan, yaitu dengan dimulainya pembuatan petak-petak koleksi tanaman. Kemudian, sejak 1980, tanaman ditata menurut kelompok suku.

"Kebun raya ini juga berfungsi memberikan pelayanan jasa ilmiah, pemasyarakatan ilmu pengetahuan dalam bidang konservasi tumbuhan, dan introduksi tumbuhan," kata Fitria Rizki Wijaya, anggota staf Jasa Informasi Kebun Raya Purwodadi. Selain itu, kebun raya ini melakukan pendataan, pendokumentasian, serta pelayanan jasa dan informasi.

Dibandingkan dengan manfaat yang bisa diperoleh, tarif masuk ke tempat ini tergolong murah Rp 4.500 per orang. Tersedia kendaraan yang bisa membawa pengunjung mengelilingi kebun raya dengan tarif Rp 6.500 per mobil.
Bagi pelajar, mahasiswa, juga kunjungan dinas yang datang dengan rombongan, diberikan diskon 15 persen. Rombongan umum diberikan diskon 10 persen, sedangkan rombongan dari panti jompo, panti sosial, manusia lanjut usia, anak-anak usia taman kanak-kanak, anak yatim piatu, atau pasien rumah sakit jiwa diberi diskon 50-75 persen.

Rombongan yang akan berkunjung diminta memberitahukan terlebih dulu kepada pengelola agar disiapkan fasilitas yang dibutuhkan, seperti penyediaan material tumbuhan hingga jaga pemandu. Selain itu, disediakan area perkemahan, guest house, gedung konservasi, ruang seminar, dan kantin.

Sebagai tempat yang biasa dijadikan tempat riset, Kebun Raya Purwodadi memiliki perpustakaan yang berisi sekitar 4.000 bahan pustaka mengenai botani serta seluk-beluk kebun raya di Indonesia dan dunia.

Dari data yang diperoleh Tempo, jumlah pengunjung dari tahun ke tahun berfluktuasi, bahkan cenderung menurun. Angka tertinggi pernah dicapai pada 2001, yakni 186.440 orang. Tahun berikutnya menurun, yakni 118.933 orang. Jumlah pengunjung kembali membaik pada tahun berikutnya, meski angkanya hanya berkisar 155 ribu orang. Tahun ini, hingga Maret, sudah ada 51.076 pengunjung.

Kepala Kebun Raya Purwodadi Djauhari Asikin mengatakan jumlah pengunjung itu belum ideal. Pelanggan tetap masih didominasi pelajar dan mahasiswa. ABDI PURMONO


http://www.korantempo.com/korantempo/koran/2008/05/02/Berita_Utama_Jatim/krn.20080502.129598.id.html


Share this :

Previous
Next Post »