Menyelamatkan Arema dari Kebangkrutan

Senin, Januari 09, 2012
MINGGU, 15 MEI 2011 | 13:18 WIB

Fotokopi dokumen Yayasan Arema dan PT Arema Indonesia. 
Foto: ABDI PURMONO

TEMPO Interaktif, Malang —Pencinta sepak bola nasional bagai tersengat lebah. Mereka seakan tak percaya tatkala pada 4-5 Mei lalu memperoleh kabar mengejutkan bahwa juara bertahan Liga Super Indonesia, Arema Indonesia, akan dijual. Keputusan tersebut berdasarkan hasil pertemuan informalkarena tidak dihadiri Muhamad Nur selaku Ketua Yayasan Aremadi Istana Dieng Club House milik Iwan Kurniawan di Malang pada 4 Mei malam silam.

Selain Iwan Kurniawan, yang juga bos PT Anugerah Citra Abadi, hadir Rendra Kresna (Bendahara Yayasan merangkap Presiden Arema Indonesia), Bambang Winarno (Pengawas Yayasan Arema), Joko Driyono (CEO PT Liga Indonesia), Abriadi Muhara (Asisten Manajer merangkap Pelaksana Harian PT Arema Indonesia dan Ketua Panitia Pelaksana Pertandingan Arema), serta Sudarmaji (Media Officer PT Arema Indonesia) dalam pertemuan.

Publik, terutama suporter Arema, Aremania, kontan berasumsi bahwa klub sepak bola kebanggaan arek Malang yang didirikan pada 11 Agustus 1987 itu tengah di ambang kebangkrutan. Klub kenamaan dan salah satu pelopor berdirinya kompetisi sepak bola semiprofesional yang pertama di Indonesia bernama Galatama itu terancam berhenti. 

Sebelum kabar menjadi bola liar, pada 5 Mei lalu, pihak Yayasan Arema buru-buru mengklarifikasi kepada sejumlah pihak, termasuk media massa. "Kami bersikap realistis saja. Kami ini sudah seperti besar pasak daripada tiang," kata Rendra Kresna.

Pemasukan keuangan ke kas klub amat kecil, sedangkan uang yang terus keluar sangat besar. "Masih mendingan kalau uangnya dari kantong perusahaan, tapi uang yang kami keluarkan sebagian besar merupakan pinjaman dari pihak lain," ujar Rendra.

Bupati Malang itu tidak menyebutkan utang Arema secara detail. Namun, dia melansir utang Arema di atas Rp 8 miliar. "Jika sampai akhir kompetisi sekitar Juli nanti juga tak ada pemasukan, maka utang kami bengkak jadi sekitar Rp 10 miliar," kata Ketua Partai Golkar Kabupaten Malang itu.

Rendra menjelaskan yang dijual bukan Yayasan Arema, melainkan PT Arema Indonesia. Yayasan Arema, dia menambahkan, tak mungkin dijual karena yayasan adalah pendiri PT Arema Indonesia. "Hanya PT yang boleh diambil orang lain," katanya.

Ketua Yayasan Arema Muhamad Nur mengatakan rencana penjualan Arema akan dibahas dalam rapat yayasan. "Prinsipnya, Arema harus diselamatkan," katanya. Nur mengisyaratkan jika dihitung dengan rata-rata kebutuhan per musim, harga Arema di atas Rp 30 miliar.

Nama besar Arema menyedot perhatian pengusaha yang peduli terhadap sepak bola. Rendra memberi sinyal, selama sepekan ini sudah ada beberapa peminat. Di antara kandidat muncul nama Grup Bakrie, Grup MNC (Hari Tanoesoedibjo), dan Grup Medco (Arifin Panigoro). Rendra tidak membantah ketika diminta konfirmasi bahwa kandidat terkuat adalah Grup Bakrie dan Bank Saudara milik Arifin Panigoro. "Ya," katanya. Sementara, Nur menjawab, "Salah satu di antaranya (Bakrie dan Medco)."

Rupanya keterlibatan Grup Bakrie dan Bank Saudara di Arema bukan tiba-tiba. Sudah setahun ini Bakrie menjadi sponsor Arema untuk dua musim, lewat anak usahanya, Ijen Nirwana Residence dan harian Surabaya Post.

Pada 14 Oktober 2010, manajemen Arema mengumumkan bahwa Ijen Nirwana menjadi salah satu sponsor Arema yang bersedia mengucurkan Rp 4,5 miliar. Surabaya Post telah mengucurkan Rp 3,5 miliar dari Rp 5 miliar untuk Arema.

Papan iklan (a-board) Surabaya Post terpasang di tepi lapangan Stadion Kanjuruhan saat Arema menjamu Sriwijaya FC pada 27 Maret lalu. Sementara, Bank Saudara dikabarkan meminjamkan Rp 1,5 miliar dari total Rp 5 miliar modal awal yang dibutuhkan Arema.

Apa pun bentuknya, Arema telah membuat tertarik para pemilik modal. Klub berjulukan Singo Edan itu memiliki pendukung yang terkenal dengan loyalitasnya yang tinggi bernama Aremania. Identitas pendukung tersebut telah melewati batas geografi di Kota Malang. Modal dasar sudah ada sejak dulu. Tapi, untuk mengelola manajemennya agar bisa terus hidup, butuh kecakapan profesional. 
ABDI PURMONO


Arema, Riwayatmu 

Beberapa sumber di dalam maupun bekas orang dalam Arema Indonesia yang dihubungi Tempo menyarankan untuk memahami kekusutan Arema, perlu diurai dulu riwayat Yayasan Arema dan PT Arema Indonesia.

Dengan cara ini, akan diketahui legalitas formal, apa dan siapa yang memegang kendali yayasan yang berdiri pada 11 Agustus 1987 itu.

1987
Yayasan Arema didirikan di Kota Malang dengan modal Rp 50 juta pada 11 Agustus dengan akta notaris nomor 57. Para pendiri merangkap pengurus pertama yang menghadap notaris Pramu Haryono adalah Acub Zainal (ketua), Lucky Acub Zainal (wakil ketua), Pramu Haryono (sekretaris), dan Eko Soebekti (bendahara). Salah satu kegiatan Yayasan Arema adalah mendirikan Liga Sepak Bola Utama Arema.

1999

Pada 1 Oktober, dewan pendiri Arema diisi oleh Acub Zainal dan Lucky Adrianda Zainal. Dewan pengurus diisi Wali Kota Malang (pelindung), Hayono Isman (penasihat), Tinton Suprapto (ketua umum), Gandi Yogatama (ketua ex officio), Lucky Adrianda Zainal (ketua harian), Soebekti (sekretaris), Novi Zainal (bendahara I), dan Eko Marhaendro Yudho (bendahara II).

2000
Pada 11 November, Dewan Pengurus Yayasan berubah menjadi Iwan Budianto (ketua umum), Lucky Adrianda Zainal (sekretaris umum), dan Rudi Widodo (bendahara umum).

2003
Pada 29 Januari, kepemilikan Arema diserahterimakan dari Lucky ke Bentoel di Hotel Regent's Park, Kota Malang. Lantas dikukuhkan dalam Akta Nomor 213 pada 29 Juni 2006 yang dikeluarkan notaris Eko Handoko Widjaja.

Dewan pendiri diisi oleh Lucky Acub Zainal alias Lucky Adrianda Zainal. Pembina yayasan diisi oleh Yaya Winarto Yunardy. Pengurus yayasan diisi oleh Darjoto Setyawan (ketua), Satrija Budi Wibawa (sekretaris), dan Nicolaas Tirtadinata (bendahara). Adapun pengawas diisi oleh Bambang Winarno.

2006
Kekayaan yayasan dinyatakan sebesar Rp 1.665.823.900.

2009
Pada 3 Agustus, Bentoel melepas pengelolaan Arema kepada konsorsium. Pembina dijabat Darjoto Setyawan. Sementara, pengurus diisi oleh Muhammad Nur (ketua), Rendra Kresna (bendahara), Mudjiono Moedjito (sekretaris), dan Bambang Winarno (pengawas).

Manajemen Arema mulai goyah setelah beberapa pengurus mengundurkan diri, seperti Darjoto dan Rendra (menjadi Bupati Malang, Presiden Kehormatan Arema Indonesia, Presiden Klub Arema Indonesia, dan Bendahara Yayasan).

2010
Terjadi aksi mengundurkan diri secara besar-besaran, yakni Ketua Panitia Pelaksana Pertandingan Arema Abdul Haris mundur pada 5 Februari, pelatih kiper Herman Kadiaman dan kiper utama Markus Horison (6 Februari), Direktur Utama PT Arema Indonesia Gunadi Handoko (9 Maret), serta manajer Mudjiono dan asistennya, Rudy Soesamto (5 Agustus).

Darjoto diganti oleh Andi Darussalam Tabusalla. Haris diganti oleh Abriadi Muhara. Abriadi kini merangkap jabatan sebagai asisten manajer tim dan Pelaksana Harian PT Arema Indonesia.

2011
Nama Andi tidak masuk struktur resmi pengurus yayasan, tapi secara de facto Andi dan Iwan Kurniawan disebut sebagai pengendali Arema, sebagaimana pernah ditegaskan Manajer Hukum PT Arema Indonesia Buyung Adi Sasono dalam pertemuan manajemen dengan Aremania pada 9 April 2011. 
ABDI PURMONO


Menyelamatkan Arema dari Kebangkrutan 
https://bola.tempo.co/read/news/2011/05/15/099334601/menyelamatkan-arema-dari-kebangkrutan

Share this :

Previous
Next Post »