Siklus Letusan Kelud Memendek Jadi Lima Tahunan

Kamis, Januari 19, 2012
Gunung Kelud saat masih mengeluarkan debu vulkanik pada Selasa, 18 Februari 2014.
Foto: ABDI PURMONO



TEMPO.COMalang - Siklus letusan Gunung Kelud diperkirakan bakal memendek dari sepuluh menjadi lima tahunan. Kepala Bidang Tanggap Darurat dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Malang, Bagyo Setyono, mengaku memperoleh informasi itu dari Direktorat Jenderal Vulkanologi. 
"Ada perubahan karakter Gunung Kelud yang terus dipelajari para ahli dan pengamat gunung api," kata Bagyo kepada Tempo, Kamis, 19 Januari 2012.

Perubahan karakter, kata Bagyo, terlihat dari letusan pada 2007 yang bersifat efusif atau mengalirkan. Biasanya gunung setinggi 1.731 meter dari permukaan laut itu berkarakter eksplosif atau menyemburkan material yang mengakibatkan erupsi atau semburan lava. Karakter eksplosif ini terjadi pada 1951, 1966, dan 1990.

Letusan efusif mengakibatkan munculnya kubah lava berupa material padat berbentuk pasir dan batuan berwarna hitam, menggantikan kawah berwarna hijau. Kubah lava itu terus mengeluarkan asap belerang dan menimbulkan hawa panas. Kubah itu juga menghambat pertumbuhan anak gunung di bekas kawah alias terjadi penyumbatan tenaga orogentik atau pembentukan gunung dari dalam perut Bumi. Nah penyumbatan ini diduga membuat siklus letusan Kelud memendek.

“Tahun ini dan tahun seterusnya ancaman letusan Gunung Kelud harus diwaspadai. Bukan tak mungkin masa letusannya makin dekat. Kami sudah merampungkan rencana penyelamatan atau evakuasi warga desa jika Gunung Kelud meletus,” kata Bagyo.

Menurut Bagyo, rencana penyelamatan dan pengungsian di wilayah Kabupaten Malang ditetapkan di sembilan desa di dua kecamatan yang berada di lereng atau jalur lahar. Skenario penyelamatan juga ditetapkan di 17 desa di Kabupaten Kediri dan 10 desa di Kabupaten Blitar.

Rencana penyelamatan itu dirancang secara swadaya oleh Bagyo bersama kawan-kawannya dari komunitas dan organisasi peduli alam dan lingkungan serta peduli bencana, seperti Jangkar Kelud (Jangkane Kawula Redi Kelud), Perkumpulan Kappala Indonesia, Pusat Studi Bencana Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta. Unsur musyawarah pimpinan kecamatan seperti komando rayon militer dan kepolisian sektor setempat juga berperan mendukung penyelesaian rencana penyelamatan. Perusahaan Umum Jasa Tirta I ikut membantu penyediaan fasilitas.

Darmanto, Koordinator Jangkar Kelud, membenarkan penjelasan Bagyo. Kediri dan Blitar selama ini jadi korban letusan Gunung Kelud dengan jumlah korban jiwa dan harta yang besar. Sekarang Kediri dan Blitar sudah merampungkan persiapan pengungsian di desa-desa di wilayah masing-masing.

Selain bersiap menghadapi bahaya letusan Gunung Kelud, Bagyo bersama Darmanto dan kawan-kawan lainnya pun bersiap menghadapi bahaya Gunung Semeru serta memantau potensi bahaya dari makin menuanya sejumlah bendungan di Jawa Timur. Sedikitnya ada 500 relawan di Kabupaten Malang yang sewaktu-waktu siap dikerahkan ke wilayah bencana di dalam dan di luar Jawa Timur.



Share this :

Previous
Next Post »