Puluhan Desa Mewaspadai Letusan Gunung Kelud

Jumat, Januari 20, 2012
Gunung Kelud saat masih mengeluarkan debu vulkanik pada Selasa, 18 Februari 2014.
Foto: ABDI PURMONO

MALANG — Sebanyak 36 desa di kabupaten Malang, Blitar, dan Kediri, meningkatkan kewaspadaan terhadap letusan Gunung Kelud. Kewaspadaan ditindaklanjuti dengan penyelesaian rencana pengungsian (contingency plan) penduduk.


Bagyo Setyono, Kepala Bidang Tanggap Darurat dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang, mengatakan, kewaspadaan terhadap letusan Gunung Kelud terus meningkat karena gunung setinggi 1.731 meter dari permukaan laut tidak jadi meletus walau aktivitas vulkanik meningkat pada 2007.

“Ada perubahan karakter Gunung Kelud yang terus dipelajari para ahli dan pengamat gunung berapi. Perubahan karakter itu sudah sewajarnya tetap harus diwaspadai oleh kita semua,” kata Bagyo, Kamis, 19 Januari 2012.

Ia mendapat informasi dari Direktorat Jenderal Vulkanologi bahwa siklus letusan Gunung Kelud diperkirakan memendek dari semula sepuluh tahunan menjadi lima tahunan. Kondisi Gunung Kelud mengalami perubahan karakter yang signifikan. Biasanya letusan Gunung Kelud berkarakter eksplosif (menyemburkan material), terjadi erupsi (semburan lava), seperti terjadi pada 1951, 1966, dan 1990.

Tapi pada 2007 letusannya menjadi efusif (mengalirkan). Letusan efusif juga mengakibatkan perubahan karakter lain, yakni kemunculan kubah lava berupa material padat berbentuk pasir dan batuan berwarna hitam, menggantikan danau kawah berwarna hijau. Kubah lava itu terus mengeluarkan asap belerang dan menimbulkan hawa panas di sekitarnya.

Posisi batu-batuan pada kubah lava juga belum stabil sehingga rawan longsor bila tertiup angin kencang atau terjadi gempa berkekuatan sedang.

Kemunculan kubah lava pun menghambat pertumbuhan anak gunung di bekas kawah Gunung Kelud alias terjadi penyumbatan tenaga orogentik atau pembentukan gunung dari dalam perut bumi. Penyumbatan ini yang diduga membuat siklus letusan Gunung Kelud memendek.

“Tahun ini dan tahun seterusnya ancaman letusan Gunung Kelud harus diwaspadai. Bukan tak mungkin masa letusannya makin dekat. Kami sudah merampungkan rencana penyelamatan atau evakuasi warga desa jika Gunung Kelud meletus,” kata Bagyo.

Menurutnya, rencana penyelamatan atau pengungsian di wilayah Kabupaten Malang ditetapkan pada sembilan desa di dua kecamatan yang berada di lereng atau jalur lahar Gunung Kelud.

Karena bisa terkena dampak langsung Gunung Kelud, maka Desa Sidodadi, Pandesari, Ngantru, Pagersari, dan Banturejo di Kecamatan Ngantang; serta Desa Kasembon, Sukosari, Pondok Agung, dan Bayem di Kecamatan Kasembon, ditetapkan sebagai kawasan rawan bencana (KRB) Gunung Kelud. Penetapan KRB juga dilakukan pada 2007.

Selain sembilan desa di Kabupaten Malang, skenario penyelamatan warga oleh BPBD ditetapkan di 17 desa di Kabupaten Kediri dan 10 desa di Kabupaten Blitar.

Rencana penyelamatan itu dirancang secara swadaya oleh Bagyo bersama kawan-kawannya dari komunitas dan organisasi peduli alam dan lingkungan serta peduli bencana, seperti Jangkar Kelud (Jangkane Kawula Redi Kelud), Perkumpulan Kappala Indonesia, Pusat Studi Bencana Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.

Unsur musyawarah pimpinan kecamatan, seperti komando rayon militer dan kepolisian sektor setempat pun sangat berperan mendukung penyelesaian rencana penyelamatan. Perusahaan Umum Jasa Tirta I banyak membantu penyediaan fasilitas.

“Kami membuatnya swadaya dengan biaya patungan dari teman-teman. BPBD sendiri baru terbentuk pada Oktober 2011 dan mencoba berperan aktif bersama-sama masyarakat. Intinya, semua rencana swadaya kami ini berbasis pada peran serta masyarat, basic community. Kami tak bisa menunggu harus ada instruksi dari atas dulu baru bekerja,” kata Bagyo.

Catur Sudharmanto, Koordinator Umum Jangkar Kelud, membenarkan penjelasan Bagyo. Kediri dan Blitar selama ini jadi korban letusan Gunung Kelud dengan jumlah korban jiwa dan harta yang besar. Sekarang Kediri dan Blitar sudah merampungkan persiapan pengungsian di desa-desa di wilayah masing-masing.

Selain bersiap menghadapi bahaya letusan Gunung Kelud, Bagyo bersama Sudharmanto dan kawan-kawan lainnya pun bersiap menghadapi bahaya Gunung Semeru, serta memantau potensi bahaya dari makin menuanya sejumlah bendungan di Jawa Timur.

Sedikitnya ada 500 orang relawan di Kabupaten Malang yang sewaktu-waktu siap dikerahkan ke wilayah bencana di dalam dan di luar Jawa Timur. ABDI PURMONO


Share this :

Previous
Next Post »