Menikmati Mujair Goreng di Selorejo

Senin, April 13, 2009
KORAN TEMPO, Jumat, 3 April 2009
Foto-foto: ABDI PURMONO

Taman Wisata Selorejo menyajikan keindahan alam dalam rupa wisata air, daratan, dan pegunungan.

Wajah Gaku berseri-seri saat memasuki Taman Wisata Waduk Selorejo di Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang, kemarin. Bocah berumur 12 tahun itu begitu bersemangat menanyakan apa yang ia lihat, termasuk nama beberapa macam makanan yang disajikan pelayan di sebuah warung.

Mata Gaku terpaku pada cobek batu hitam yang berisi sambal merah. Tanpa ragu, ia mengoleskan sedikit sambal pada udang goreng panas. "Aduh, pedas sekali. Saya tak tahan," katanya spontan setelah si udang masuk ke mulutnya. Sebotol minuman ringan pun langsung tandas diteguk. Abangnya, Honda Go, 17 tahun, hanya tersenyum melihat tingkah laku adiknya.

Gaku dan Go berasal dari Kota Fujieda, Prefektur Shizuoka, Jepang bagian tengah. Mereka berada di Malang untuk mengunjungi famili sekalian berlibur. Mereka mengunjungi Selorejo ditemani tiga mahasiswa Sastra Jepang, Universitas Brawijaya, Malang.

Keduanya menjadi perhatian para penjual ikan, cinderamata, dan belasan tukang perahu. Beberapa tukang perahu dan penjual mendekati mereka untuk menawarkan jasa dan barang dagangan.

Gaku dan Go hanya dua dari sekitar 1.000 orang yang mengunjungi Taman Wisata Selorejo setiap pekan. Menurut Nurhayati, petugas loket penjualan karcis masuk, rata-rata dalam sehari ada 90-100 pengunjung. "Kalau Minggu dan hari libur, biasanya sampai 1.000 orang lebih. Biasanya pengunjung datang berombongan," kata dia.



Kebanyakan pengunjung datang untuk menikmati menikmati ikan mujair, tombro, wader, dan udang goreng di warung-warung di tepi waduk. Pembeli juga dapat membeli mujair segar untuk digoreng atau dibakar sesuai dengan selera.

Taman Wisata Selorejo menyajikan keindahan alam dalam rupa wisata air, daratan, dan pegunungan. Medan untuk outbound juga tersedia. Pengunjung juga bisa melihat lokasi pembangkit listrik tenaga air (PLTA).

Namun, jaraknya sekitar 5 kilometer dari pintu gerbang. Ada jalan pintas menuju ke tempat itu dengan menyusuri jalan dekat kolam renang, melewati jembatan gantung dan kompleks pasar ikan.

Area waduk bisa digunakan untuk lomba ski air. Di sisi waduk juga tersedia padang golf sembilan lubang dengan panorama indah.

Pengunjung yang gemar memancing pun dapat memuaskan hobinya dengan pelbagai cara, di tepian waduk yang teduh, dari atas perahu, atau di tepian Pulau Jambu, yakni tanjung waduk.


Berperahu mengarungi waduk seluas 40 hektare itu menjadi kegiatan yang paling digemari pengunjung. Pengunjung dapat menggunakan perahu dayung maupun perahu bermesin. "Tujuan utamanya, ya ke Pulau Jambu," kata Pardiono, pria yang sudah 26 tahun menjadi tukang perahu.

Seingat dia, ada sekitar 17 unit perahu dayung yang tergabung dalam Organisasi Perahu Dayung Selorejo dan 32 unit perahu bermesin. Mayoritas awak perahu adalah petani di sekitar waduk, yang tak punya tanah garapan.

Tarif sewa perahu dayung berkapasitas enam sampai delapan orang ialah Rp 30 ribu per jam dan Rp 50 ribu untuk perahu bermesin. Dalam sehari di hari biasa, Pardiono dan teman-teman biasa mengantar tamu dua kali pergi-pulang. Dengan perahu bermesin yang melaju pelan, Pulau Jambu dapat dijangkau dalam 15-20 menit. Sedangkan dengan perahu dayung, butuh waktu 30-40 menit.

Hari, yang hari itu bertugas di Pulau Jambu, mengatakan luas pulau itu sekitar 7 hektare dan ditumbuhi sekitar 7.000 pohon jambu yang masih produktif. Hari dan 10 rekannya menyewa lahan untuk menanam jambu dari Perusahaan Umum Jasa Tirta I seharga Rp 15 juta per tahun.



Setiap pengunjung dikenakan tiket masuk Rp 1.000 ke pulau itu. Pengunjung boleh memetik dan memakan jambu sepuas-puasnya. Boleh juga dibawa pulang, tapi harus membayar Rp 3.000 per kilogram untuk jambu putih dan Rp 5.000 per kilogram untuk jambu merah.

Buah jambu di pulau itu juga dibuat jus dan dipasarkan ke luar Ngantang. "Umumnya pengunjung lebih suka jambu merah. Selain rasanya lebih manis dan segar, kebanyakan (jambu merah) dimakan langsung atau dijus oleh pengunjung sebagai obat demam berdarah," kata Hari.



Sekitar 45 menit di Pulau Jambu, Gaku dan kawan-kawan kembali ke pangkalan perahu. Melintasi deretan warung, matanya tertuju pada tumpukan durian. Namun, ia cuma melihat-lihat. Orang Jepang rupanya tak suka buah-buahan beraroma tajam macam durian.












Melewati Jalan Berkelok Tajam

Taman Wisata Selorejo berjarak 48 kilometer di barat daya Malang. Lokasinya gampang diakses dari Malang atau Kediri dan Jombang. Dapat dijangkau dari Kota Batu dalam waktu 30 menit.

Di sepanjang perjalanan menuju Taman Wisata Selorejo, kita dapat menyaksikan panorama alam nan indah dan mempesona. Kontur jalan yang naik-turun dan berkelok-kelok menjadi tantangan tersendiri. Pengalaman ini dapat dirasakan dari titik mana pun bertolak, baik lewat Malang-Batu, Kediri-Pare, Jombang-Pare, maupun Blitar-Wlingi.


Menurut Herry, sopir sebuah agen perjalanan yang hampir setiap hari melintasi jalur Malang-Kediri, rute Malang-Batu-Selorejo paling menantang. Sejak lepas dari Kota Batu sampai masuk ke lokasi wisata, terdapat lebih dari 200 kelokan, 10 di antaranya tikungan tajam.

"Meski jalannya mulus dan lebar, kalau penumpang nggak kuat, ya bisa mual dan muntah," kata Herry.

Tiket masuk taman wisata Rp 7.500 per orang dewasa. Anak-anak berumur di bawah lima tahun gratis.

Bendungan Selorejo menahan aliran Kali Konto, Laharkletak, Kali Kwayangan, dan beberapa sungai kecil. Bendungan ini mulai dibangun pada 1963 dan dioperasikan pada akhir Desember 1970.

Selain berfungsi sebagai pengendali banjir, bendungan ini berfungsi menggerakkan sebuah PLTA dengan daya terpasang 4,5 megawatt, yang mampu memproduksi 45 juta kWh listrik per tahun.


Taman Wisata Selorejo berada di ketinggian sekitar 650 meter dari permukaan laut sehingga udara di sini terasa sejuk sehingga cocok untuk tempat peristirahatan. Proyek Brantas yang menjadi pengelola awal-kemudian diteruskan Perum Jasa Tirta I-membangun beberapa wisma dan cottage yang disewakan.

Tarif sewa wisma berkisar Rp 200 ribu sampai Rp 750 ribu per rumah per hari. Tarif sewa cottage termurah Rp 300 ribu dan termahal Rp 500 ribu per unit per hari. Pengelola juga menyediakan gedung pertemuan dengan harga sewa berkisar Rp 300 ribu hingga Rp 750 ribu per sekali pemakaian.

Fasilitas olahraga juga tersedia, yakni kolam renang, padang golf sembilan lubang, lapangan tenis, lapangan voli, lapangan sepak bola, jalur sepeda gunung, sampai joging dan jalan kaki. Waduk Selorejo juga dapat digunakan untuk olahraga ski air, seperti pada Pekan Olahraga Nasional 2002.

Pengelola juga menyuguhkan wisata edukasi berupa proses pemanfaatan kotoran sapi menjadi energi biogas. Wisata ini menjadi satu paket dengan atraksi memerah susu sapi.

Bagi yang suka uji nyali dan memacu adrenalin, ada wahana flying fox dengan ongkos Rp 20 ribu per orang untuk sekali "terbang". Pengunjung akan meluncur dari ketinggian 8 meter sejauh 125 meter menyeberangi waduk. ABDI PURMONO 



http://www.korantempo.com/korantempo/koran/2009/04/03/Berita_Utama_-_Jatim/krn.20090403.161337.id.html



Share this :

Previous
Next Post »